Jumat, 31 Desember 2010

1

Apakah membaca tasbih, tahmid, dan takbir setelah shalat fardhu itu lebih baik memakai jari-jari tangan kanan atau kedua-duanya?

Jawaban:

Yang lebih baik adalah memakai tangan kanan, berdasarkan sebuah hadits shahih riwayat Aisyah yang menyatakan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menghitung bilangan tasbih-nya dengan memakai tangan kanan. Aisyah berkata,

إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُعْحِبُهُ التَّيَمُّنُ فِيْ تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُوْرِهِ وَفِيْ شَأْنِهِ كُلِّهِ

“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu memulai (mendahulukan) yang kanan, dalam memakai sendal, bersisir, bersuci, dan dalam segala hal.” (HR. Bukhari)

Akan tetapi, boleh juga menghitung bilangan tasbih dengan memakai semua jenis jemari, berdasarkan beberapa hadits yang menunjukkan hal itu. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّهُنَّ مَسْئُوْلاَتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ

“Sesungguhnya jari-jari itu akan ditanya dan akan bisa berbiacara.” (HR. Tirmidzi)

Perlu diketahui bahwa dalam hal ini terdapat kelonggaran yang seharusnya tidak menimbulkan pertentangan dan perdebatan.

Sumber: Fatawa Syaikh Bin Baaz, Jilid 2, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz.
(Dengan penataan bahasa oleh www.konsultasisyariah.com)

Mimpi Bertemu Nabi?

Terdapat hadits dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:

من رآني في منامه؛ فقد رآني حقًا؛ فإنَّ الشيطان لا يتمثل بي

“Siapa saja yang melihatku di mimpinya, ia telah benar-benar melihatku. Karena syaithan tidak bisa menyerupai diriku.”

Sebagian orang mengaku-ngaku bahwa ia didatangi Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dalam mimpinya. Lalu ia mengaku diajari sebuah wirid oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, dan wirid tersebut ia ajarkan kepada orang-orang. Berulang kali ia lakukan hal tersebut. Hal ini tentu menafikan ayat yang mulia:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا

“Pada hari ini telah Ku sempurnakan agama Islam bagi kalian, dan Ku sempurnakan nikmat Islam bagi kalian, dan Aku ridha Islam menjadi agama kalian.” (Qs. Al Ma’idah: 3)

Bagaimana sikap kita? Kita harus percaya atau tidak?


Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan menjawab:

Bertemu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dalam mimpi itu memang mungkin. Hadits tentang hal ini adalah hadits yang shahih. Namun hal ini tentu saja hanya dapat dilakukan oleh orang yang mengenal bentuk fisik beliau shallallahu’alaihi wa sallam.

Syaithan tidak bisa menyerupai bentuk fisik dan kepribadian Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, sehingga orang yang memang betul-betul mengenal bentuk fisik Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan dapat mengetahui perbedaan ciri beliau dengan orang lain, orang ini bisa saja bertemu beliau di dalam mimpi.

Sedangkan orang yang tidak pernah mengenal bentuk fisik Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan tidak mengetahui perbedaan ciri pribadi beliau yang mulia dengan orang lain, terkadang syaithan lah yang mendatanginya lalu mengaku sebagai Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Lalu syaithan tersebut pun membuatnya tersesat dari ajaran agama. Oleh karena itu, permasalahan ini tidak dapat digeneralisir.

Kemudian masalah yang kedua, yaitu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mengajarkan wirid kepada orang yang bermimpi tersebut, sebagaimana diketahui oleh penanya, ini perkara batil. Penambahan ajaran syariat telah selesai dengan wafatnya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Berdasarkan firman Allah Ta’ala:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا

“Pada hari ini telah Ku sempurnakan agama Islam bagi kalian, dan Ku sempurnakan nikmat Islam bagi kalian, dan Aku ridha Islam menjadi agama kalian.” (Qs. Al Ma’idah: 3)

Tidak ada ajaran agama yang datang setelah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam wafat, tidak ada penambahan pada ajaran Islam yang telah ada sebelum beliau wafat. Baik berupa wirid maupun yang lainnya. Waspadalah terhadap keyakinan seperti ini!

(Diterjemahkan oleh Yulian Purnama dari Muntaqa Fatawa Shalih Fauzan Al Fauzan, Jilid 1, fatwa no.36)

Sabtu, 25 Desember 2010

"Orang Yang Mencintaimu Karena Allah"

Saudariku. . .! Sudahkah engkau menemukan seseorang yg mencintaimu karena Allah?Orang yg mencintaimu karena Allah adalah dia yg senantiasa menyanjungmu,yg diceritakan tentang dirimu adalah yg baik saja..lalu bagaemana dg kesalahan,kekurangan dan keburukanmu baginya?Bagi dirinya,kesalahanmu merupakan tugas baginya untuk membantumu memperbaiki kesalahan itu,bukannya malah menyalahkan atas kesalahan itu.Dia sadar bahwa manusia itu tidaklah ada yg benar benar kesempurnaannya karena baginya kesempurnaan itu hanyalah milik Dia yg menciptakan kesempurnaan itu,Allah AL Khalik.Kesalahanmu itu adalah pelajaran agar dikemudian hari tidak terjadi lagi untuk yg kedua,ketiga dan yg kesekian kalinya.



Sesungguhnya kekuranganmu adalah kelebihan yg belum terlengkapi..Apa yg lebih pada dirinya dijadikan sebagai pelengkap untuk menutupi kekuranganmu.Dia telah siap menerima segala kekuranganmu sebagaimana dia telah menerima dan merasakan nikmad atas segala kelebihan yg dikaruniakan oleh Allah yg disenanginya pada dirimu.Seolah tiada beda baginya antara kelebihan dan kekurangan dimatanya.



Tentang keburukanmu.Apa yg buruk yg didapadkannya dalam dirimu,tidaklah akan pernah diceritakan aib itu pada orang lain.sebisa mungkin dia akan memberitahumu tentang keburukan itu dg tutur kata yg santun sehingga tiada ketersinggungan yg engkau rasakan.Yg ada pada dirimu terhadap dirinya akan membawa rasa kagum dan simpati atas perkataannya, perasaan itu memang tidaklah pasti akan engkau rasakan tapi bukannya hal itu tidak mungkin..Bagaimana?engkau setuju tidak dengan perkataan ini?Marilah tanyakan pada hati yg tiada pernah mendustai diri kita.

10 wasiat istri

1.Takwa kepada Allah dan menjauhi maksiat

Bila engkau ingin kesengsaraan bersarang di rumahmu dan bertunas, maka bermaksiatlah kepada Allah. Sesungguhnya kemaksiatan menghancurkan negeri dan menggoncang kerajaan. Oleh karena itu jangan engkau goncangkan rumahmu dengan berbuat maksiat kepada Allah.

Wahai hamba Allah..! jagalah Allah maka Dia akan menjagamu beserta keluarga dan rumahmu. Sesungguhnya ketaatan akan mengumpulkan hati dan mempersatukannya, sedangkan kemaksiatan akan mengoyak hati dan menceraiberaikan keutuhannya.

Karena itulah, salah seorang wanita shalihah jika mendapatkan sikap keras dan berpaling dari suaminya, ia berkata:Aku mohon ampun kepada Allah! itu terjadi karena perbuatan tanganku (kesalahanku) Maka hati-hatilah wahai saudariku muslimah dari berbuat maksiat, khususnya:

-Meninggalkan shalat atau mengakhirkannya atau menunaikannya dengan cara yang tidak benar.

-Duduk di majlis ghibah dan namimah, berbuat riya dan sum’ah.

-Menjelekkan dan mengejek orang lain. Allah berfirman :”Wahai orang-orang yang briman janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang menolok-olokkan) dan janganlah wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita yang mengolok-olokkan(QS. Al Hujurat: 11).

-Keluar menuju pasar tanpa kepentingan yang sangat mendesak dan tanpa didampingi mahram. Rasulullah bersabda: Negeri yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan negeri yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya (HR. Muslim).

-Mendidik anak dengan pendidikan barat atau menyerahkan pendidikan anak kepada para pambantu dan pendidik-pendidik yang kafir.

-Meniru wanita-wanita kafir. Rasulullah bersabda: Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka (HR. Imam Ahmad dan Abu Daud serta dishahihkan Al-Albany).

-Membiarkan suami dalam kemaksiatannya.

-Tabarruj (pamer kecantikan) dan sufur (membuka wajah).

-Membiarkan sopir dan pembantu masuk ke dalam rumah tanpa kepentingan yang mendesak.

2.Berupaya mengenal dan memahami suami

Hendaknya engkau berupaya memahami suamimu. Apa–apa yang ia sukai, berusahalah memenuhinya dan apa-apa yang ia benci, berupayalah untuk menjauhinya dengan catatan selama tidak dalam perkara maksiat kepada Allah karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al-Khaliq (Allah Azza Wajalla).

3. Ketaatan yang nyata kepada suami dan bergaul dengan baik.

Sesungguhnya hak suami atas istrinya itu besar. Rasulullah bersabda: Seandainya aku boleh memerintahkanku seseorang sujud kepada orang lain niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya (HR. Imam Ahmad dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albany).

Hak suami yang pertama adalah ditaati dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah dan baik dalam bergaul dengannya serta tidak mendurhakainya. Rasulullah bersabda: Dua golongan yang shalatnya tidak akan melewati kepalanya, yaitu budak yang lari dari tuannya hingga ia kembali dan istri yang durhaka kepada suaminya hingga ia kembali (HR. Thabrani dan Hakim, dishahihkan oleh Al-Albany).

Ketahuilah, engkau termasuk penduduk surga dengan izin Allah, jika engkau bertakwa kepada Allah dan taat kepada suamimu. Dengan ketaatanmu pada suami dan baiknya pergaulanmu terhadapnya, engkau akan menjdai sebaik-baik wanita (dengan izin Allah).

4.Bersikap qanaah (merasa cukup)

Kami meninginkan wanita muslimah ridha dengan apa yang diberikan untuknya baik itu sedikit ataupun banyak.

Maka janganlah ia menuntut di luar kesanggupan suaminya atau meminta sesuatu yang tidak perlu. Renungkanlah wahai saudariku muslimah, adabnya wanita salaf radhiallahu ¡Æanhunna¡ÄSalah seorang dari mereka bila suaminya hendak keluar rumah ia mewasiatkan satu wasiat kepadanya. Apakah itu??? Ia berkata pada suaminya:Hati-hatilah engkau wahai suamiku dari penghasilan yang haram, karena kami bisa bersabar dari rasa lapar namun kami tidak bisa bersabar dari api neraka

5. Baik dalam mengatur urusan rumah tangga, seperti mendidik anak-anak dan tidak menyerahkannya pada pembantu, menjaga kebersihan rumah dan menatanya dengan baik dan menyiapkan makan pada waktunya.

Termasuk pengaturan yang baik adalah istri membelanjakan harta suaminya pada tempatnya (dengan baik), maka ia tidak berlebih-lebihan dalam perhiasan dan alat-alat kecantikan.

6.Baik dalam bergaul dengan keluarga suami dan kerabat-kerabatnya, khususnya dengan ibu suami sebagai orang yang paling dekat dengannya.

Wajib bagimu untuk menampakkan kecintaan kepadanya, bersikap lembut, menunjukkan rasa hormat, bersabar atas kekeliruannya dan engkau melaksanakan semua perintahnya selama tidak bermaksiat kepada Allah semampumu.

7.Menyertai suami dalam perasaannya dan turut merasakan duka cita dan kesedihannya.

Jika engkau ingin hidup dalam hati suamimu, maka sertailah ia dalam duka cita dan kesedihannya. Renungkanlah wahai saudariku kedudukan Ummul Mukminin, Khadijah radhiallahu’anha, dalam hati Rasulullah walaupun ia telah meninggal dunia.. Kecintaan beliau kepada Khadijah tetap bersemi sepanjang hidup beliau, kenangan bersama Khadijah tidak terkikis oleh panjangnya masa. Bahkan terus mengenangnya dan bertutur tentang andilnya dalam ujian, kesulitan dan musibah yang dihadapi. Seorangpun tidak akan lupa perkataannya yang masyur sehingga menjadikan Rasulullah merasakan ketenangan setelah terguncang dan merasa bahagia setelah bersedih hati ketika turun wahyu pada kali pertama: Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya. Karena sungguh engkau menyambung silaturahmi, menanggung orang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.(HR. Mutafaq alaihi, Bukhary dan Muslim).

8.Bersyukur (berterima kasih) kepada suami atas kebaikannya dan tidak melupakan keutamaannya.

Wahai istri yang mulia! Rasa terima kasih pada suami dapat kau tunjukkan dengan senyuman manis di wajahmu yang menimbulkan kesan di hatinya, hingga terasa ringan baginya kesulitan yang dijumpai dalam pekerjaannya. Atau engkau ungkapkan dengan kata-kata cinta yang memikat yang dapat menyegarkan kembali cintamu di hatinya. Atau memaafkan kesalahan dan kekurangannya dalam menunaikan hak-hakmu dengan membandingkan lautan keutamaan dan kebaikannya kepadamu.

9.Menyimpan rahasia suami dan menutupi kekurangannya (aibnya).

Istri adalah tempat rahasia suami dan orang yang paling dekat dengannya serta paling tahu kekhususannya. Bila menyebarkan rahasia merupakan sifat yang tercela untuk dilakukan oleh siapapun, maka dari sisi istri lebih besar dan lebih jelek lagi. Saudariku, simpanlah rahasia-rahasia suamimu, tutuplah aibnya dan jangan engkau tampakkan kecuali karena maslahat yang syar’i seperti mengadukan perbuatan dzalim kepada Hakim atau Mufti atau orang yang engkau harapkan nasehatnya.

10.Kecerdasan dan kecerdikan serta berhati-hati dari kesalahan.

Termasuk kesalahan adalah: Seorang istri menceritakan dan menggambarkan kecantikan sebagian wanita yang dikenalnya kepada suaminya. Padahal Rasulullah telah melarang hal itu dalam sabdanya: Janganlah seorang wanita bergaul dengan wanita lain lalu mensifatkan wanita itu kepada suaminya sehingga seakan-akan suaminya melihatnya (HR. Bukhary dalam An-Nikah).

Untuk para istri yang berhasrat menjadi penyejuk hati dan mata suaminya. Semoga Allah memeliharamu dalam naungan kasih sayang dan rahmatNya. Amin.

g

Tidakkah kamu mendengar firman ALLAH SWT, "Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit. (At Taubah 9).

Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al A´laa 16-17). Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (An Naazi´aat 37-39). (al-Ghunyah; Syaikh Abdul Qadir Jailani, 2010)

wanita hiasan dunia

SUNGGUH sangat beruntung bagi wanita shalihah di dunia ini. Ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Kalau pun ia wafat, maka Allah akan menjadikannya bidadari di akhirat nanti. Oleh karena itu, para pemuda jangan sampai salah memilih pasangan hidup. Pilihlah wanita shalihah untuk dijadikan istri dan pendamping hidup setia.

Siti Khadijah r.a. adalah figur seorang istri shalihah yang menjadi penentram batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang dan beribadah kepada Allah SWT. Beliau telah berkorban dengan harta, kedudukan, dan diri beliau demi membela perjuangan Rasulullah Saw. Begitu kuatnya kesan keshalihahan Khadijah r.a., hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasul walau beliau sendiri sudah meninggal.

Allah berfirman dalam QS. An Nuur ayat 30-31, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara farji (kemaluan) - nya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara farji- nya dan janganlah mereka menampakkan perhiasan kecuali yang biasa nampak dari padanya.

Rasulullah Saw. bersabda : Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah. (HR. Muslim).

Ciri khas seorang wanita shalihah adalah ia mampu menjaga pandangannya. Ciri lainnya, dia senantiasa taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah memperbanyak dzikir kepada Allah di mana pun berada. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al Quran. Jika seorang muslimah menghiasi dirinya dengan perilaku takwa, akan terpancar cahaya keshalihahan dari dirinya.

Wanita shalihah tidak mau kekayaan termahalnya berupa iman akan rontok. Dia juga sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalihah centil, suka jingkrak-jingkrak, dan menjerit-jerit saat mendapatkan sesuatu kesenangan. Ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa kemuliaannya justru bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).

Wanita shalihah itu murah senyum, karena senyum sendiri adalah shadaqah. Namun, tentu saja senyumnya proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manis. Intinya, senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain. Bisa dibayangkan jika kaum wanita kerja keras berlatih senyum manis semata untuk meluluhkan hati laki-laki.

Wanita shalihah juga harus pintar dalam bergaul dengan siapapun. Dengan pergaulan itu ilmunya akan terus bertambah, sebab ia akan selalu mengambil hikmah dari orang-orang yang ia temui. Kedekatannya kepada Allah semakin baik sehingga hal itu berbuah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain. Pendek kata, hubungan kemanusiaan dan taqarrub kepada Allah dilakukan dengan sebaik mungkin.

Ia juga selalu menjaga akhlaknya. Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah dari kemampuannya memelihara rasa malu. Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya akan selalu terkontrol. Tidak akan ia berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al Quran dan As Sunnah. Dan tentu saja godaan setan bagi dirinya akan sangat kuat. Jika ia tidak mampu melawan godaan tersebut, maka bisa jadi kualitas imannya berkurang. Semakin kurang iman seseorang, maka makin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, maka makin buruk kualitas akhlaknya.

Pada prinsipnya, wanita shalihah itu adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari beraneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat bisa jadi anugerah yang bernilai . Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri.

Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make up apa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia polos tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukan hati tiap-tiap orang di sekitarnya. Karena ia yakin betul bahwa Allah tidak akan pernah meleset memberikan karunia kepada hamba-Nya. Makin ia menjaga kehormatan diri dan keluarganya, maka Allah akan memberikan karunia terbaik baginya di dunia dan di akhirat.

Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka banyak-banyaklah belajar dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka. Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri Rasulullah Saw. Seperti Siti Aisyah yang terkenal dengan kecerdasannya dalam berbagai bidang ilmu. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti beliau adalah seorang istri yang bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak.

Bisa jadi wanita shalihah itu muncul dari sebab keturunan. Bila kita melihat seorang pelajar yang baik akhlaknya dan tutur katanya senantiasa sopan, maka dalam bayangan kita tergambar diri seorang ibu yang telah mendidik dan membimbing anaknya menjadi manusia yang berakhlak. Sulit membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa didahului sebuah proses yang memakan waktu. Disini faktor keturunan memainkan peran. Begitu pun dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan dan lain-lain. Apa yang nampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi.

Banyak wanita bisa sukses. Namun tidak semua bisa shalihah. Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan yang Allah pimpinkan. Dan aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja berlaku bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri yang berumah tangga. Tidak akan rugi jika seorang remaja putri menjaga sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas ilmu, amal dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, Jika kita ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman di sekelilingnya. Usahakanlah kita mampu memberikan warna yang baik bagi orang lain, bukan sebaliknya malah kita yang diwarnai oleh pengaruh buruk orang lain.

Jika para wanita muda mampu menjaga diri dan memelihara akhlaknya, maka iman kaum laki-laki akan semakin kuat. Cahaya keshalihahan wanita mukminah akan menjadi penyejuk sekaligus peneguh hati orang-orang beriman. Apalagi bagi kaum muda yang sangat rentan dari godaan syahwat. Mereka harus dibantu dalam melawan godaan-godaan.

Peran wanita shalihah sangat besar dalam keluarga dan bahkan negara. Kita pernah mendengar, bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka bisa dibayangkan, berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius. Dalam sebuah keterangan diyatakan bahwa bejatnya akhlak wanita bisa menyebabkan hancurnya sebuah negara. Bukankah wanita itu adalah negara? Bayangkanlah, jika tiang-tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah, sehingga tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa.

Jadi kita tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh? Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalihah dengan mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farji-nya, maka pesona wanita shalihah akan melekat pada diri kaum wanita kita.

y

cerminan apa lagi mau dicari..
kalau bukan di atas cinta
...yang lahir tulus darinya
semenjak dinihari pergantiannya
fajar subuh menyertainya
cahaya tembus di relungnya
halus lembut dibelainya
sabar ikhlas dilakukannya

tak pernah pupus
palagi hapus
kasih sayangnya…
tuk putra-putri cintanya

bunga doanya harum mewangi
di atas harap bahagia tuk anaknya…
ya Rabb…
kurniakanlah anak-anakku kebahagiaan sejati
atas cita cinta terpatri
untuk-Mu, Rasul-Nya.. dan jihadnya yang bersungguh-sungguh di jalan-Nya..

Khansa pun rela kehilangan putranya…

dan beribu-ribu Khansa lainnya… di muka bumi
yang tahu akan arti hidup
faham akan segala makna…
hidup hanyalah mencari keridhaan-Nya…

duhai ibu kau memang luar biasa
tingkat kedudukanmu tiga kali di atas bapak..
di bawah telapak kakimu terletak surga
kemarahanmu, kemarahan-Nya juga
keridhaanmu, keridhaan-Nya pula

pecetak generasi sepanjang masa…

dari mulai Hajar, Khadijah, Fatimah Azzahra.. dan seterusnya…. penanda di atas tanda…
pembeda di dalam beda….
yang membedakan dan terbedakan…
tak terhingga…
masyaAllah.. subhanallah.. alhamdulillah.. Allahu Akbar!Lihat Selengkapnya

kumpulan renungan

Terimalah segala kesukaran dengan sabar dan segala kemudahan dengan syukur.
Demikianlah yang telah dilakukan oleh para Nabi, para Rosul, para Shalihin.
Mereka mensyukuri nikmat-NYA dan bersabar atas cobaan-NYA. (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

Suatu waktu seorg lelaki mendapati anaknya yg masih kecil tengah sholat tak tepat waktu biasanya. Ia lalu membiarkan sampai usai dan menghampirinya.
"Dedek pintar sekali.. tapi jam segini dedek sholat apa?" tanyanya.
"dedek sering lihat ibu sholat jam segini setelah ayah marah2 ibu dan keluar rumah meninggalkan ibu." kata Dedek polos.
se...ntak sang ayah kaget. "Astagfirullahal adzim, selama ini.. Maafkan aku istriku."

Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah hendaklah dia mengamati bagaimana kedudukan Allah dalam dirinya.Sesungguhnya Allah menempatkan hambaNya dalam kedudukan sebagaimana dia menempatkan kedudukan Allah pada dirinya.(HR. Al Hakim)

Memang benar, sekarg sudah tdk ada wanita sholehah yg setegar Khadijah, selembut Aisyah & seteguh Fatimah. karena mreka adlah org2 terpilih oleh Allah & dijanjikan syurga
Namun Insya Allah sekarg masih ada wanita akhir Zaman yg ingin belajar tuk menjadi wanita yg setegar Khadizah, selembut Aisyah & seteguh fatimah dengan menjadikan mer...eka sbg tauladan.
Insya Allah mereka adalah wanita yg tengah membaca tulisan ini..

APAPUN YG TERJADI, BERBAIK SANGKALAH KEPADA ALLAH. ALLAH MAHA MENGETAHUI SEDANG KAMU TIDAK TAHU

Rosulullah saw bersabda, "Jangan sekali-kali salah seorang kamu meninggal kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah swt" (HR Muslim)

Wahai orang yang sibuk dg urusan dunia, tidak akan lama lagi engkau akan merasakan penyesalan didunia dan akhirat.
Penyesalan itu akan nampak dihari kiamat kelak.
Oleh karena itu, hisablah dirimu sebelum datangnya hari akhirat.
Janganlah terlena oleh anggapan bahwa ALLAHA itu lembut dan baik, sedangkan engkau sendiri berada dalam keadaan... terburuk, maksiat, dan dzalim terhadap orang lain. (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

Cinta ALLAH dan Rosul-NYA berbanding lurus dengan KEFAKIRAN (kemiskinan) dan UJIAN. Oleh karena itu sebagian orang shalih (ash sholihin) menjelaskan, "Setiap UJIAN akan disertai dg PERTOLONGAN.
Dengan ujian tersebut manusia tidak mudah mengaku cinta pada ALLAH. Dengan ujian tsb, akan diketahui siapa yg benar-benar mencintai ALLAH (Syai...kh Abdul Qadir Jailani)

j

Wahai orang yang sibuk dg urusan dunia, tidak akan lama lagi engkau akan merasakan penyesalan didunia dan akhirat.
Penyesalan itu akan nampak dihari kiamat kelak.
Oleh karena itu, hisablah dirimu sebelum datangnya hari akhirat.
Janganlah terlena oleh anggapan bahwa ALLAHA itu lembut dan baik, sedangkan engkau sendiri berada dalam keadaan... terburuk, maksiat, dan dzalim terhadap orang lain. (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

r

Sebenarnya yg membuat kita terpandang mulia oleh orang lain adalah bukan karena kepandaian, kesholehan atau ketampanan kita... melainkan karena ALLAH masih menutupi aib-aib kita. Andai Allah membukanya, niscaya tidak ada seorang pun yang sudi mendengarkan dan menatap wajah kita..

sahabat

Sahabat Muslimah,

Orang-orang yang menghindari kematian pasti akan disergap kematian juga;

Yang mempertahankan kehidupan pasti juga berujung pada kematian;
...
Hidup cuman sekali maka hiduplah berarti, ketika mati membawa arti;

Gajah mati meninggalkan gading! Manusia? Mengukir sejarah yang berarti.

Kamis, 23 Desember 2010

petuah

Kosongkan hatimu dari ambisi dunia, sesungguhnya dalam waktu dekat engkau akan meninggalkannya. Jangan mencari kesenangan hidup didunia, sebab itu tidak akan menolongmu. Nabi Muhammad saw bersabda, "Kehidupan (yang sebenarnya) adalah kehidupan akhirat". (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

Senin, 13 Desember 2010

al-quran

Al-Quran merupakan mukjizat yang paling besar dan utama yang diturunkan oleh Allah kepada nabi kita Muhammad s.a.w. Ia merupakan petunjuk yang paling baik untuk umat manusia sehingga hari qiamat dalam mencari keridhaan Allah seterusnya mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Di antara kelebihan membaca serta menghayati segala isi al-Quran dapat dilihat melalui beberapa petikan hadis nabi s.a.w sebagai pedoman kepada kita semua.

1. Sabda nabi s.a.w yang artinya : Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar al-Quran dan mengajarnya
- muttafaqqun 'alaihi

2. Sabda nabi s.a.w yang artinya : Sesiapa yang membaca satu huruf daripada kitab Allah (al-Quran) maka baginya(pembaca) dengannya (al-Quran) pahala dan pahala digandakan sepuluh sebagaimananya. Aku tidak kata bahawa alif laam miim itu satu huruf tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim itu satu huruf
- diriwayat oleh Tarmizi dan ia merupakan hadis hasan sohih

3.Sabda nabi s.a.w yang artinya : Orang yang membaca al-quran dan dia mahir dengannya bersama malaikat yang mulia dan orang yang taat. Sesiapa yang membaca al-Quran sedangkan dia tersekat-sekat padanya dan dia begitu susah atasnya maka baginya 2 pahala (pahala membaca dan pahala kesusahan).
- Sohih Bukhari dan muslim

4.Abi Umamah al-Bahili telah berkata bahawa dia mendengar sabda nabi s.a.w yang artinya : Kamu hendaklah membaca al-Quran maka sesungguhnya ia akan datang pada hari qiamat sebagai syafaat bagi ahli-ahlinya
- Riwayat Muslim

5. Sabda nabi s.a.w yang artinya : Sesungguhnya sesiapa yang tidak terdapat pada kerongkongnya sesuatu daripada al-Quran(tidak membaca) maka ia seperti rumah yang usang
- Riwayat Tarmizi

6. Dalam satu hadis Qudsi di mana sabda nabi s.a.w yang bermaksud : Allah telah berfirman yang artinya : Sesiapa yang sentiasa sibuk dengan al-Quran dan zikir mengingatiKu daripada meminta-minta kepadaKu maka Aku akan anugerahkan perkara yang lebih baik daripada Aku anugerahkan kepada mereka yang sentiasa memohon kepadaKu itu. Dan kelebihan Kalam Allah di atas segala kalam yang lain seperti lebihnya Allah di atas segala makhlukNya
- Riwayat Tarmizi dan hadis hasan sohih

7. Sabda nabi s.a.w yang artinya : Tiada suatu kaum yang berhimpun di dalam rumah daripada rumah-rumah Allah (masjid) membaca kitab Allah (al-Quran) dan tadarrus antara mereka melainkan akan diturunkan ketenangan ke atas mereka, disirami ke atas mereka rahmat, dikelilingi oleh para malaikat dan Allah menyebut-nyebut mereka pada sesiapa di sisinya
- Riwayat Muslim

8. Daripada Daripada 'Uqbah bin 'Amir telah berkata : Telah keluar Rasulullah s.a.w menemui kami di Suffah maka sabdanya : Siapakah di kalangan kamu yang suka keluar ke Buthan dan 'Aqiq (nama 2 tempat di Madinah) di mana dia akan membawa pulang darinya 2 ekor unta yang sihat lagi gemuk tanpa berbuat dosa dan tidak pula memutuskan tali persaudaraan ? Maka kami menjawab : Wahai Rasulullah! Kami semua menyukai perkara itu. Sabdanya : Mengapakah seseorang daripadamu tidak keluar ke masjid untuk belajar atau membaca 2 ayat daripada kitab Allah (al-Quran) maka ia lebih baik daripada 2 ekor unta yang gemuk, tiga ekor, empat ekor di mana lebih baik baginya daripada empat dan daripada semua bilangan unta
- Riwayat Muslim

hadist

Tinggalkan apa yang meragukanmu , kerjakanlah apa yang tidak meragukanmu , sesungguhnya kebenaran membawa ketenangan, dan dusta itu menimbulkan keraguan. (Attirmidzi)

Semua muslim adalah bersaudara, tidaklah lebih utama satu sama lain melainkan karena takwa
(thabrani)

Malu itu bagian dari iman,dan iman itu di surga ; sedangkan ucapan kasar bagian dari sifat kasar, dan sifat kasar itu di neraka
(at tirmidzi)

jauhilah olehmu prasangka, sesungguhnya parasangka itu sedusta dusta perkataan
(bukhary)

Tidaklah seorang mu'min jatuh dalam satu lubang dua kali
(bukhary)

Orang-orang Yang Didoakan Oleh Para Malaikat

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci".
(Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’"
(Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)

3. Orang - orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan"
(Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

4. Orang - orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah
(tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf"
(Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

5. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu"
(Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)

6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

7. Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah.
Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’"
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733)

9. Orang - orang yang berinfak.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’"
(Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

10. Orang yang sedang makan sahur.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang sedang makan sahur"
(Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh"
(Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")

12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain"
(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Shalat Bersama bagi Pengantin

Hari ini(MInggu) saya berkesempatan menelpon teman-teman saya. Kebetulan salah satu teman yang saya telepon adalah teman yang Insya Allah akan mengadakan walimah pada tanggal 22 April 2007.

Kami sedikit bicara ngalor-ngidul, hingga akhirnya tercetuslah pembicaraan tentang sholat sunnah bagi kedua mempelai. Berikut saya sarikan dari buku “Memasuki Pernikahan Agung” karya Mohammad Faudzil Adhim - sebagai hadiah bagi sahabat saya dan juga semoga menjadi masukan bagi kita semua.

Shalat Bersama bagi Pengantin
Setelah melaksanakan ijab qabul nikah, disunnahkan bagi suami untuk mengajak istri melaksanakan shalat sunnah dua rakaat.

Syaikh Al-Albani hafidhahullah, kata Ustad Ja’far Umar Thalib, mengatakan dalam kitabnya Adabuz Zifaf halaman 20-23, “Disunnahkan bagi kedua pengantin untuk shalat dua rakaat bersama, karena itu diriwayatkan dari para salaf. Dalam masalah ini ada dua atsar, namun di sini saya hanya menyarikan salah satunya saja.

Dari Abu Sa’id maulana Usaid, ia mengatakan : Aku menikah,sedangkan aku seorang budak.Maka aku mengundang segolongan sahabat Nabi saw. Di antara mereka ada Ibnu MAs’ud, Abu Dzar dan Hufaidzah r.a. Dan kemudian shalat didirikan, lalu Abu Dzar r.a maju ke depan. Maka mereka mengatakan, “Jangan”. Dia bertanya,”Apakah demikian?” Mereka mengatakan, “ya”. Maka aku maju dan mengimami mereka, sedangkan aku seorang budak. Dan mereka kemudian mengajariku dengan berkata, ” Jika engkau mendatangi istrimu, maka shalatlah dua rakaat, kemudia mintalah kepada Allah terhadap apa yang masuk kepadamu dan berlindunglah dari kejelekannya, kemudian keadaanmu dan istrimu.”

Setelah memasuki pintu pernikahan,Imam An-Nawi berpesan dalam kitabnya Al-Adzkaar, ” Ketika pertama kali engkau menemui istrimu, sunnah menyebut Asma Allah. Lalu peganglah ubun-ubun istrimu pada permulaannya dan ucapkan doa ini :

“Barakallahu likulli waahidin minna fi shahibihi”.

Setelah selesai berdoa dengan doa barakah, maka dapat dilanjutkan dengan doa lain - misalnya seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Sinni dalam hadis shahih :
“Apabila salah seorang dari kamu menikahi seorang perempuan, maka hendaklah ia memegang ubun-ubunnya, membaca basmalah dan memanjatkan doa memohon barakah, serta mengucapkan doa:
“Ya Allah,sesungguhnya aku mohon kepadaMU kebaikannya dan kebaikan wataknya. Dan aku mohon perlindungan-MU dari kejahatannya dan kejahatan wataknya.”

Akhirnya, segala kekeliruan saya dalam menyarikan adalah milik saya. Dan sesungguhnya kebenaran datangnya dari Allah. Semoga Allah mengampuni saya dan menunjukkan kebenaran apabila saya khilaf. Astaghfirullah
Astaghfirullah
Astaghfirullah

Wallahu a’lam bishawab

biarkan tuhan yg menilai

* Terkadang orang berpikir secara tidak masuk akal dan
bersikap egois. Tetapi, bagaimanapun juga, terimalah
mereka apa adanya.

** Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin
akan berprasangka bahwa ada maksud-maksud buruk di
balik perbuatan baik yang kau lakukan itu. Tetapi,
tetaplah berbuat baik selalu.

** Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan
mempunyai musuh dan juga teman-teman yang iri hati
atau cemburu. Tetapi, teruskanlah kesuksesanmu itu.

** Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain
mungkin akan menipumu. Tetapi, tetaplah bersikap jujur
dan terbuka setiap saat.

**Apa yang telah engkau bangun bertahun-tahun lamanya,
dapat dihancurkan orang dalam satu malam saja. Tetapi,
janganlah berhenti dan tetaplah membangun.

* Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan
di dalam hati, orang lain mungkin akan iri hati
kepadamu. Tetapi, tetaplah berbahagia.

** Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok
akan dilupakan orang. Tetapi, teruslah berbuat baik.

** Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki, dan
itu mungkin tidak akan pernah cukup. Tetapi, tetap
berikanlah yang terbaik.

** Sadarilah bahwa semuanya itu ada di antara engkau
dan Tuhan. Tidak akan
pernah ada antara engkau dan orang lain. Jangan
pedulikan apa yang orang lain
pikir atas perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi,
percayalah bahwa mata Tuhan
tertuju pada orang-orang yang jujur, dan Dia dapat
melihat ketulusan hatimu.

Minggu, 12 Desember 2010

Syair Kehidupan

dunia ini sudah tua
jangan sampai kita ikut celaka
mari kita tingkatkan taqwa
kepada Tuhan yang Maha Esa

Allah tempat kita bergantung
agar kita selalu beruntung
jangan sampai kita terpasung
jangan bimbang dan jangan pula bingung

hanya Allah yang selalu di hati
tempat kita untuk berbakti
bermunazat dan bersaksi
sampai akhir kiamat nanti

mari kita perbanyak dzikir
kepada Allah yang Maha Basir
agar kita selalu berpikir
dijauhkan dari sifat kikir

semua manusia kan pasti mati
baik petani ataupun menteri
mari kita bercermin diri
agar kita tak sampai merugi

hidup ini hanya sementara
semua makhluk kan pasti binasa
jangan sampai kita tergoda
oleh tipu daya dunia

dunia ini sudah akhir
jangan sampai kita tergelincir
mari kita terus berdzikir
bersama syekh Abdul Qodir (Syekh Abdul Qodir al-Jaelani)

kata mutiara

Ada dua perkara yang jika Anda Amalkan, Anda akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat: Menerima sesuatu yang tidak Anda sukai, jika sesuatu itu disukai Allah. Dan membenci sesuatu yang Anda sukai, jika sesuatu itu dibenci oleh Allah.”
(Abu Hazim)
Ada enam perkara, apabila dimiliki oleh seseorang maka telah sempurnalah keimanannya : (1) memerangi musuh Allah dengan pedang, (2) tetap menyempurnakan puasa walaupun di musim panas, (3) tetap menyempurnakan wudhu walaupun di musim dingin, (4) tetap bergegas menuju mesjid (untuk melaksanakan shalat berjama’ah) walaupun di saat mendung, (5) meninggalkan perdebatan dan berbantah-bantahan walaupun ia tahu bahwa ia berada di pihak yang benar dan (6) bersabar saat ditimpa musibah.”
(Yahya bin Muadz)
Ada tiga golongan orang yang paling menyesal pada hari kiamat : (1) orang yang memiliki budak ketika di dunia, ternyata pada hari kiamat budak tersebut memiliki prestasi amal yang lebih baik darinya, (2) orang yang mempunyai harta tetapi tidak mau bersedekah dengannya sampai ia meninggal dunia, kemudian harta tersebut diwarisi oleh orang yang memanfaatkan harta tersebut untuk bersedekah di jalan Allah, dan (3) orang yang mempunyai ilmu tetapi ia tidak mau mengambil manfaat dari ilmunya, lalu ilmu tersebut diketahui oleh orang lain yang mampu mengambil manfaat darinya.”
(Sufyan bin ‘Uyainah)
Akhlak yang paling mulia adalah menyapa mereka yang memutus silaturahim, memberi kepada yang kikir terhadapmu, dan memaafkan mereka yang menyalahimu.”
(HR Ibnu Majah)
Aku belum pernah melihat orang yang paling lama bersedih daripada al-Hasan. Ia berkata, kita tertawa, sementara bisa jadi Allah yang telah melihat amal-amal yang telah kita perbuat berfirman, ‘Aku tidak mau menerima amal-amal kalian sedikitpun.’”
(Yunus bin ‘Ubaid)
Aku jamin rumah di dasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya.”
(HR Abu Daud)
Aku menangis bukan karena takut mati atau karena kecintaanku kepada dunia. Akan tetapi, yang membuatku menangis adalah kesedihanku karena aku tidak bisa lagi berpuasa dan shalat malam.”
(‘Amir bin ‘Abdi Qais)
Aku tidak suka menjadi seorang pedagang budak. Akan tetapi, menjadi pedagang budak lebih aku sukai daripada aku menimbun bahan makanan sambil menunggu naiknya harga yang memberatkan sesama muslim.”
(Yazid bin Maisaroh)
Amal yang paling baik adalah yang paling ikhlas dan paling benar. Jika amal itu ikhlas tapi tidak benar, maka tidaklah diterima. Jika amal itu benar tapi tidak ikhlas, juga tidak akan diterima kecuali jika dilakukan secara ikhlas. Ikhlas artinya dilakukan hanya karena Allah. Adapun benar artinya adalah sesuai dengan sunnah (tuntunan dan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam).”
(Fudhail bin ‘Iyadh)
Apa pendapat Anda bila ada seseorang yang pakaiannya terkena air kencing, lalu ia hendak mensucikannya dengan air kencing pula? Mungkinkah air kencing itu dapat mensucikannya? Tentu saja tidak! Kotoran tidak dapat disucikan kecuali dengan sesuatu yang suci. Begitu pula halnya keburukan yang pernah kita lakukan, tidak akan dapat terhapus kecuali dengan memperbanyak melakukan kebaikan.”
(Sufyan ats-Tsauri)
Apabila akhirat ada dalam hati, maka akan datanglah dunia menemaninya. Tapi apabila dunia ada di hati maka akhirat tidaklah akan menemaninya. Itu karena akhirat mulia dan dermawan, sedangkan dunia adalah hina”
(Abu Sulaiman Ad Daroni)
Apabila Anda berharap agar Allah senantiasa menganugerahkan kepada Anda apa-apa yang Anda cintai dan sukai maka hendaklah Anda senantiasa menjaga dan melaksanakan apa-apa yang dicintai dan disukai oleh Allah.”
(Salah seorang ahli hikmah)
Apabila kalian senang Allah ta’ala dan Rasul-Nya mencintai kalian, maka tunaikanlah amanah kalian, dan benarlah jika berbicara, dan bertetanggalah dengan baik kepada tetangga kalian.”
(HR Imam Suyuthi)
Ayahku pernah mengatakan bahwa apabila ‘Ali bin al-Husain selesai berwudhu dan telah bersiap untuk shalat, tubuhnya akan gemetar dan menggigil. Pernah ada seorang lelaki yang bertanya kepadanya tentang hal itu, maka ‘Ali bin al-Husain menjawab, ‘Celakalah Engkau! Tidakkah kau tahu, kepada siapa aku akan menghadap? Dan kepada siapa aku akan bermunajat?’”
(al-’Utaibi)

Senin, 06 Desember 2010

kata mutiara belajar

Kecewa atau tidak, semua tergantung Anda, tergantung bagaimana Anda menyikapi kegagalan. Berharap sedikit hanya akan menghambat Anda mengoptimalkan potensi Anda.

Lebih banyak Anda mencoba, akan mendekatkan Anda kepada sukses, meskipun Anda akan mengalami banyak kegagalan.

Namun cuma itulah yang kita diperlukan, karena kita sering tidak tahu mana yang akan berhasil.

Kebahagian yang didapatkan oleh orang yang menghindari kekecewaan adalah kebahagian yang semu, dia bukan bahagia tetapi hanya tidak kecewa saja.

Banyak perusahaan yang dimulai dengan modal besar bangkrut, sebaliknya bisnis dengan modal kecil banyak yang berhasil. Jadi bukan uang yang menentukan keberhasilan Anda!

Ubahlah sudut pandang Anda terhadap kegagalan, maka Anda tidak akan kecewa terhadap kegagalan yang Anda alami, setidaknya kekecewaan Anda akan sedikit atau sementara saja.

Allah SWT mungkin memberikan ujian berupa kegagalan dan kehilangan kepada kita untuk mengajarkan hikmah kepada kita.

Mungkin, kegagalan, masalah, dan lingkungan yang tidak menyenangkan adalah sebagian dari skenario Allah SWT dalam membina diri kita.

Jangan hiraukan opini negatif Anda, bentuklah kebiasaan beraksi agresif dan positif terhadap ancaman, masalah, dan kegagalan. Fokuskan diri Anda pada sasaran akhirnya, terlepas apapun yang terjadi saat ini.

Jika sikap kita benar, pengalaman mengecewakan akan memberikan hikmah yang membuat kita bahagia.

Mari kita sama-sama belajar kepada pengalaman. Bukan saja pengalaman diri kita saja, tetapi kita juga bisa belajar pada pengalaman orang lain. Pengalaman adalah guru yang bijak.

Ketekunan dan kesabaran jika digabungkan menjadi modal yang sangat besar untuk meraih sukses.

Keberhasilan Anda adalah ditentukan oleh Anda sendiri dan takdir Allah SWT. Bukan oleh orang lain.

Ketimbang tersinggung dengan ejekan dan kritikan, akan lebih baik jika kita malah mengambil manfaatnya. Kadang ejekan dari musuh lebih jujur dari pada pujian seorang teman.

Para pemenang mangambil tanggung jawab terhadap hidupnya. Mereka tidak pernah menyalahkan orang lain atau pun lingkungan. Mereka tidak suka mencari-cari alasan terhadap kegagalan mereka.

Dengan hidup di atas garis, kita tidak akan mandeg dengan alasan kondisi atau apa pun yang terjadi pada diri kita. Hidup kita akan lebih hidup. Kita akan bergairah dan memiliki determinasi yang tinggi dalam mencapai cita-cita kita.

Orang yang biasa berdalih tidak akan mengambil pelajaran dari kesalahan dan kegagalan, kerena dia sudah siap untuk berdalih lagi.

Tidak akan ada keberhasilan tanpa tindakan. Tidak akan tindakan tanpa keberanian. Jadi tidak akan keberhasilan tanpa keberanian. Sukses sejalan dengan keberanian.

Jika wawasan Anda akan semakin luas, Anda akan menemukan jalan-jalan baru untuk meraih sukses. Insya Allah dalam waktu yang tidak lama ketakutan pada diri Anda akan hilang.

Jangan takut menambah saingan dengan membina orang lain, rezeki Allah begitu melimpah di bumi ini. Dan Allah telah menetapkan rezeki bagi setiap makhluk-Nya bahkan hewan melata sekalipun.

slamat berpuasa

Jangan memuji kecantikan pelangi
Tapi pujilah keagungan Ilahi
Yang telah menciptakan langit dan bumi

Jangan percaya dengan kata-kata pujangga
Tapi percayalah dengan kalam Allah yang nyata

Jangan pernah merasa senang
dengan selalu mengingat kekasih duniamu
Tapi ingatlah dan sebutlah nama Allah
Hingga hatimu terasa tenang

Jangan pernah sedih jika cintamu di dustakan
Tetapi segeralah engkau bersedih
jika pernah mendustakan Allah

Jangan pula engkau minta cinta kepada penyair
Tapi mintalah cinta kepada Allah
yg memiliki cinta sejati

Cintailah Allah dengan sepenuh hati
Agar engkau juga bisa mendapatkan CintaNya

Ya Allah yang Maha Penyayang
Aku mohon kepadaMu
Jangan jadikan hati ini membeku seperti batu
Hingga lupa akan rahmatMu

Buat sahabat yang seiman, saya ucapkan
“SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA”
Mari sucikan hati, bersihkan jiwa, sebarkan kata maaf untuk sesama, sambut Ramadhan dengan Bahagia

puasa

Alhamdulillah seminggu lebih kita melaksanakan ibadah puasa, godaan dan halangan yang menyebabkan kita membatalkan puasa dapat kita lewati dengan mudah. Semoga Allah mengizinkan kita semua melaksanakan puasa genap sebulan penuh tanpa bolong-bolong, sampai hari Raya Idul Fitri nanti.

Allah Swt sengaja mewajibkan umat manusia untuk melaksanakan puasa, tidak hanya kepada umat Nabi Muhammad SAW, tetapi umat-umat sebelumnya juga telah Allah perintahkan untuk melaksanakan puasa. Agar umat manusia dapat menjadi orang yang taqwa dan punya derajat yang lebih tinggi disisi Allah Swt. SubhanAllah.

Pada hakekatnya puasa itu adalah merupakan sebuah hadiah yang diberikan oleh Allah Swt untuk seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini. Dengan maksud dan tujuan agar setiap individu dapat mensucikan dirinya dan dapat membersihkan batiniahnya dari segala jenis kotoran yang ditinggalkan oleh hawa nafsu.

Dan di dalam Islam sendiri, berkaitan dengan puasa ini, seorang muslim diperintahkan untuk mengikutsertakan seluruh anggota jawariahnya untuk bersama-sama menahan dari segala yang perbuatan-perbuatan tercela dengan cara membiasakan diri untuk menuju jalan yang terpuji agar setelah melewati bulan puasa nanti dapat terbiasa melakukan hal-hal yang baik pula.

Satu contoh, mata kita, yang mungkin biasanya sebelum bulan puasa sering dipake untuk melihat-lihat blog atau website yang mengumbar gambar-gambar yang tak senonoh, saatnya di bulan ini untuk menghindari link-link yang berbau pornografi.

Begitu juga dengan kaki kita, tangan dan seluruh anggota tubuh kita agar senantiasa tidak memperturutkan hawa nafsu kotor kita untuk melakukan perbuatan yang tidak diridhoi oleh Allah swt. Saatnya kita semua bertafakur, memperkaya amaliyah serta mendekatkan diri dan hati kita hanya kepada Sang Kholik, Allah Azza Wajala.

Pada bulan Ramadhan inilah, waktu yang tepat untuk bertaubat, bulan yang tepat untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan cara bersama-sama berkumpul dengan orang-orang shaleh, beramai-ramai untuk melakukan shalat tarawih dan witir, dan juga membiasakan diri untuk duduk berlama-lama di mesjid, mengaminkan doa-doa yang panjang dan ikut larut dalam sebuah perkumpulan-perkumpulan yang mengupas makna yang terkandung dalam ayat-ayat Allah. Sehingga kita benar-benar menjadi orang yang dirindukan oleh syurgaNya Allah Swt.

SubhanAllah

Ibu, maafkanlah aku anakmu yang durhaka ini.

Ibu, maafkanlah aku anakmu yang durhaka ini.
Tiga puluh tahun lebih aku belum bisa membalas semua kebaikanmu, semua ketulusanmu. Tiga puluh tahun lebih pula aku masih belum mendapatkan apa yang sekiranya pantas untuk aku hadiahkan kepadamu ibu.

Keikhlasanmu, keridhoanmu begitu tulus kau korbankan hanya untuk membahagiakan anakmu yang tak tahu diri ini. Langkah dan dudukmu aku usik saat aku ada dalam rahimmu. Tidurmu selalu terganggu dengan tangisku saat aku masih bayi. Begitu juga saat aku menginjak remaja. Aku selalu merepotkanmu dengan tindakan-tindakanku yang seenaknya. Tawuran, ribut sama teman, Nonjok anak tetangga. Semua kelakuanku selalu membuatmu semakin tersiksa.

Rasanya aku ini mungkin adalah anak yang paling durhaka diantara orang-orang durhaka lainnya.
Semoga Allah selalu membukakan jalanku. Semoga Allah mengeratkan ketabahanmu. Semoga engkau selalu sabar dan tawakal mempunyai anak seperti aku, wahai Ibu.

Sekali lagi aku mohon, Maafkanlah aku anakmu Ibu.
Aku tahu tanganmu tak sekuat dulu lagi untuk menyambut tangan maafku. Tak sekuat saat engkau membelai kepalaku.
Tak sekuat ketika kau gunakan untuk meninakbobokan aku dalam gendonganmu. Tak sekuat waktu kau mandikan aku, saat kau suapi aku, saat kau peluk aku dan dan disaat kau belai aku dalam peraduan kasih sayangmu.

Ya, tanganmu tak sekokoh dulu lagi, tetapi bukan berarti tanganmu tak harus menepis semua keinginanku untuk menciumnya, dan membasuhnya dengan air mata penyesalanku.
Begitu juga dengan matamu ibu, tak setajam saat engkau masih muda dahulu. Namun bukan berarti matamu memalingkan pandangannya dari wajah anakmu yag durhaka ini.

Dengan penuh pengharapkan, aku rela bersimpuh dibawah kakimu.
Dengan penuh keridhoan aku rela melakukan apa saja asal engkau mau memaafkan segala kesalahanku.
Andai aku punya harta sebesar gunung, rasanya tak sanggup untuk membayar semua pengorbananmu.
Andai lautan itu milikku dan aku berikan kepadamu, rasanya belumlah cukup untuk membalas semua jasamu terhadapku.
Maafkan aku yang lalai ini. Aku selalu menghiraukan pahalamu. Aku selalu mengacuhkan berkatmu. Aku lupa bahwa dibawah telapak kakimu ada surga yang harus aku syukuri.

Maafkanlah aku anakmu, Ibu

doa permohoan

Ya Allah ya Tuhan kami
Jika seandainya aku ditakdirkan menjadi orang kaya yang bergelimang harta tetapi selalu berbuat dosa
Aku lebih memilih menjadi miskin papa tetapi selalu menyebarkan pahala

Ya Allah Ya Tuhan Kami
Jika seandainya aku merasa bahagia diatas penderitaan orang lain
Maka aku akan memilih selalu dalam kesedihan yang penting aku tidak pernah merugikan orang lain

Ya Allah, Ya Tuhan Kami
Hidup dan matiku hanya miikMu, seluruh jiwa raga ku adalah kepunyaan Mu
Jika seandainya hidup ku ini hanya dalam kesia-siaan belaka
Aku lebih baik memilih mati saat ini juga, asal kau matikan aku dalam khusnul khotimah

Asal kau izinkan aku bertemu dengan Rasululloh
Asal kau biarkan aku bercanda dengan para Waliyulloh

Ya Allah, Ya Tuhan kami
Jika seandainya perbuatan baikku hanya dapat menyebabkan fitnah belaka
Aku lebih memilih berbuat jahat asal Engkau benar-benar meridhloiku

Ya Allah Ya Tuhan Kami
Ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa sahabat kami,
Guru-guru kami dan juga dosa Ibu Bapak kami, ya Allah

Jika seandainya mereka masuk neraka hanya karena aku
Biarkan aku rela untuk menggantikan posisi mereka berada dalam neraka
Asal Kau santuni mereka, jangan sampai ujung api neraka bisa menyentuh kulitnya sedikitpun

Karena mereka adalah orang-orang yang aku cintai
Karena mereka adalah orang-orang yang telah membesarkanku
Karena mereka adalah orang-orang yang telah mengajariku

Kami bukanlah orang besar, hanya Engkaulah Yang maha Besar
Kami ini orang yang hina, Ya Allah, Kami juga orang yang rugi Ya Allah
Tetapi di alam Akherat kelak. Aku minta kepadaMu, ya Allah, Muliakanlah diri Kami

Angkatlah derazat kami, sehingga kami bisa bercengkrama dengan KekasihMu, ya Allah
Wahai, Engkau yang membolak-balikan hati
Teguhkanlah pendirian kami, Kuatkanlah iman kami
Agar kami tetap memegang teguh agamaMU, ya Allah

Jauhi rasa prasangka buruk diantara kami
Agar kami tetap dalam ketenangan, tanpa adanya saling curiga diantara kami
Bersihkanlah hati kami, Kosongkanlah jiwa kami
Lindungilah kami, keluarga kami, keluarga sahabat-sahabat kami
Agar kami tetap istiqomah beribadah hanya untukMU……

Jumat, 03 Desember 2010

Kamis, 01 Januari 2009
Renungan kematian

Renungan kematian

Oleh: Ustadz Abu Unais Ali Subana



1.Mati suatu yang pasti datangnya.

Ikhwan dan akhwat sekalian yang berbahagia simaklah dengan sungguh-sungguh ayat-ayat dibawah ini,semoga Allah merahmati kita sekalian .

Firman Allah ta`ala :



كل نفس ذآئقة الموت وإنما توفون أجوركم يوم القيامة فمن زحزح عن النار وأدخل الجنة فقد فاز



وما الحيوة الدنيا إلا متاع الغرور (آل عمران :185)



185. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (ali-imran :185)

Firman Allah Ta`ala :

كل من عليها فان ويبقي وجه ربك ذو الجلال والاكرام (الرحمن : 26-27)

26. Semua yang ada di bumi itu akan binasa.27. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.(arrahman :26-27)



Firman Allah Ta`ala:

كل شيئ هالك إلا وجهه له الحكم وإليه ترجعون(القصص :88)

88. . Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (al-qoshosh :88)



Firman Allah Ta`ala : إنك مية وإنهم ميتون (الزمر :30)



30. Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). (azzumar:30)



Firman Allah Ta`ala : وما جعلنا لبشر من قبلك الخلد أفإين مت فهم الخالدون كل نفس ذآئقة الموت و نبلوكم بالشر والخير فتنة وإلينا ترجعون (الأنبيا ء :34-35)

34. Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? 35. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Al-anbiya :34-35)



2.Anjuran untuk banyak mengingat kematian.

Berikut ini saya kemukakan beberapa hadits dan atsar shahabat yang menjadi perintah untuk kita agar selalu mengingat kematian,renungkanlah jika anda termasuk orang-orang yang berfikir.

Dari abu hurairoh RA,ia berkata: telah bersabda rosululloh SAW:”Perbanyaklah mengingat penghancur segala kelezatan , ya`ni Al-maut” (HR:Tirmidzi (2307),Ibnu majah (4258),Ibnu hibban (2992),Alqudho`i (669) dan lain-lain).

Derajat hadits ini adalah shohih,imam hakim berkata :shohih menurut syarat muslim,dan hal ini disetujui Az-zahabi.Syekh Al-albani berkomentar bahwa hadits ini hasan di kitab Al-Irwa.



Dari abu hurairoh RA,ia berkata: Rosululloh selalu berkata :”Perbanyaklah mengingat penghancur segala kelezatan” (HR.Ibnu hibban /2995).

Derajat hadits inipun shohih.



Al-Imam thabrani di jami`ul awshat, Abu nu`aim di Al-hilyah dan Al-Hakim di mustadroknya meriwayatkan dari ali RA,ia berkata :telah bersabda Rosululloh SAW : “Jibril mendatangiku dan berkata : Ya Muhammad hiduplah sesukamu karena engkau akan mati,cintailah siapa yang kamu mau karena engkau akan meninggalkannya, beramallah sesukamu karena engkau akan dibalas dan ketahuilah bahwa kemulyaan seorang mu`min pada qiyamul-lail dan Izzahnya pada kemandiriannya “

Hadits ini dapat dilihat di silsilah shohihah No.831 oleh Al-albani.



Berkata ali bin abi thalib RA : “dunia ini berjalan membelakangimu dan akherat itu berjalan mendekatimu dan bagi keduanya mempunyai hanba-hamba.maka jadilah kalian hamba-hamba akherat dan jangan kalian jadi hamba-hamba dunia ,sesungguhnya hari ini kita beramal tanpa ada perhitungan dan besok kita akan dihitung dan tidak bisa beramal”.

Lihat misykatul-mashobih No.5215.(Shohih)

Berkata abu darda RA :ada 3 hal yang membuat aku geli memikirkannya ,dan 3 hal pula yang membuat aku menangis.3 hal pertama yaitu1.pencari dunia sedang maut selalu mencarinya,2.orang yang lalai sedangkan maut selalu mengintainya 3.dan orang yang tertawa terbahak-bahak sedang dia tidaktahu apakah Allah ridho atau murka padanya, dan

3 hal kedua yaitu 1.perpisahanku denga rosul dan para shahabatnya,2.kengerian ketika datatang sakarotul-maut dan 3.ketika wukuf di hadapan Allah ( padang mahsyar),hari yang disingkap segala yang nampak dan rahasia,lalu seseorang tidak tahu ke jannah atau ke neraka (At-tazkiroh Hal.87 )

Marilah kita perhatikan diri kita ini, kita adalah orang yang banyak lalai untuk memikirkan kematian yang mungkin sudah ada didepan kita semoga Allah merahmati kita dan menjadikan kita orang-orang yang selalu ingat dengan kematian,kematian dan kematian.



3.Faidah mengingat kematian.



Perhatikanlah bab berikut ini semoga Allah meridhoi kita semua……………….



Insya Allah akan saya sambung lagi ………



Maraji`

1.Al-qur`an dan tafsir ubnu katsir.

2.At-tadzkiroh (imam qurtubi)

3.Kiyamat Sughro(Dr.Sulaiman Asqar)

4.dan lain-lain.

taubat

taubat kepada Allah SWT berarti pulang dan kembali ke haribaan-Nya serta tetap di pintu-Nya.

Karena pada dasarnya manusia harus bersama Allah SWT dan selalu berhubungan dengan-Nya, dan tidak menjauhi-Nya. Manusia tidak dapat membebaskan diri dari Allah SWT untuk memikirkan kehidupan fisiknya saja, juga tidak dapat membebaskan dirinya dari Allah SWT karena memikirkan kebutuhan hidup ruhaninya saja. Bahkan kebutuhannya kepada Allah SWT di akhirat akan lebih besar dari kebutuhannya di dunia. Karena kehidupan dan kebutuhan fisik itu secara bersamaan juga dilakukan oleh binatang yang tidak dapat berpikir, sementara kebutuhnan ruhani adalah sisi yang menjadi ciri pembeda manusia dari hewan dan binatang.

Allah SWT telah menciptakan manusia dari dua unsur. Di dalam tubuhnya terdapat unsur tanah, juga unsur ruh. Inilah yang menjadikannya layak dijadikan objek sujud oleh malaikat sebagai penghormatan dan pemuliaan kedudukannya. Allah SWT berfirman:

"(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya." QS. Shaad: 71-72..

Allah SWT tidak memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam kecuali setelah Allah SWT memperbagus bentuknya dan meniupkan ruh ke dalam tubuhnya.

Ketika manusia ta'at kepada Rabbnya berarti tiupan ruh itu mengalahkan sisi tanahnya. Atau dengan kata lain, sisi ruhani mengalahkan sisi materi. Dan sisi Rabbani mengalahkan sisi tanah yang rendah. Maka manusia meningkat dan mendekat kepada Rabbnya, sesuai dengan usahanya untuk meningkatkan sisi ruhaninya ini.

Ketika manusia berbuat maksiat terhadap Rabbnya, maka posisi itu terbalik; sisi tanah mengalahkan sisi ruh, dan sisi materi yang rendah mengalahkan sisi Rabbani yang tinggi. Maka manusia merendah dan menjadi lebih hina, serta menjauh dari Allah SWT sesuai dengan seberapa jauh dosa dan kemaksiatan yang ia lakukan.

Kemudian taubat memberikan kesempatan kepadanya untuk mencapai apa yang tidak ia dapatkan, serta meluruskan kembali perjalanan hidupnya. Maka manusia itupun kembali menaik setelah kejatuhannya, dan mendekat kepada Rabbnya setelah ia menjauhi-Nya, serta kembali kepada-Nya setelah memberontak dari-Nya.
Taubat Nasuha

Taubat yang diperintahkan agar dilakukan oleh kaum mu'minin adalah taubat nasuha (yang semurni-murninya) seperti disebut dalam Al Quran:

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya." QS. at-Tahrim: 8

Kemudian apa makna taubat nasuha itu.

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam kitab tafsirnya: "artinya adalah, taubat yang sebenarnya dan sepenuh hati, akan menghapus keburukan-keburukan yang dilakukan sebelumnya, mengembalikan keaslian jiwa orang yang bertaubat, serta menghapus keburukan-keburukan yang dilakukannya."

Sedangkan nasuha adalah redaksi hiperbolik dari kata nashiih. Seperti kata syakuur dan shabuur, sebagai bentuk hiperbolik dari syakir dan shabir. Dan terma "n-sh-h" dalam bahasa Arab bermakna: bersih. Dikatakan dalam bahasa Arab: "nashaha al 'asal" jika madu itu murni, tidak mengandung campuran. Sedangkan kesungguhan dalam bertaubat adalah seperti kesungguhan dalam beribadah. Dan dalam bermusyawarah, an-nush itu bermakna: membersihkannya dari penipuan, kekurangan dan kerusakan, dan menjaganya dalam kondisi yang paling sempurna. An nush-h (asli) adalah lawan kata al-gisysy-(palsu).

Pendapat kalangan salaf berbeda-beda dalam mendefinisikan hakikat taubat nasuha itu. Hingga Imam Al Qurthubi dalam tafsinrya menyebut ada dua puluh tiga pendapat. (Lihat: Tafsir al Qurthubi ayat ke delapan dari surah at Tahrim). Namun sebenarnya pengertian aslinya hanyalah satu, tetapi masing-masing orang mengungkapkan kondisi masing-masing, atau juga dengan melihat suatu unsur atau lainnya.

Ibnu Jarir, Ibnu Katsir dan Ibnu Qayyim menyebutkan dari Umar, Ibnu Mas'ud serta Ubay bin Ka'b r.a. bahwa pengertian taubat nasuha: adalah seseorang yang bertaubat dari dosanya dan ia tidak melakukan dosa itu lagi, seperti susu tidak kembali ke payudara hewan. Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud dengan marfu': taubat dari dosa adalah: ia bertaubat darinya (suatu dosa itu) kemudian ia tidak mengulanginya lagi." Sanadnya adalah dha'if. Dan mauquf lebih tepat, seperti dikatakan oleh Ibnu Katsir.

Hasan Al Bashri berkata: taubat adalah jika seorang hamba menyesal akan perbuatannya pada masa lalu, serta berjanji untuk tidak mengulanginya.

Al Kulabi berkata: Yaitu agar meminta ampunan dengan lidah, menyesal dengan hatinya, serta menjaga tubuhnya untuk tidak melakukannnya lagi.

Sa'id bin Musayyab berkata: taubat nasuha adalah: agar engkau menasihati diri kalian sendiri.

Kelompok pertama menjadikan kata nasuha itu dengan makna maf'ul (objek) yaitu orang yang taubat itu bersih dan tidak tercemari kotoran. Maknanya adalah, ia dibersihkan, seperti kata raquubah dan haluubah yang berarti dikendarai dan diperah. Atau juga dengan makna fa'il (subjek), yang bermakna: yang menasihati, seperti khaalisah dan shaadiqah.

Muhammad bin Ka'b al Qurazhi berkata: taubat itu diungkapkan oleh empat hal: beristighfar dengan lidah, melepaskannya dari tubuh, berjanji dalam hati untuk tidak mengerjakannya kembali, serta meninggalkan rekan-rekan yang buruk. (Madaarij Saalikiin : 1/ 309, 310. Cetakan As Sunnah Al Muhammadiyyah, dengan tahqiq Syaikh Muhammad Hamid al Faqi. Dan tafsir Ibnu Katsir : 4/ 391, 392).
Sekadar Bicara Taubat dengan Lidah Bukan Taubat

Taubat tidak sekadar mengucapkan dengan lidah, seperti dipahami oleh kalangan awam. Ketika salah seorang dari mereka datang kepada seorang tokoh agama ia berkata kepadanya: "Pak kiyai, berilah taubat kepada saya". Kiyai itu akan menjawab: "ikutilah perkataanku ini!": "aku taubat kepada Allah SWT, aku kembali kepada-Nya, aku menyesali dosa yang telah aku lakukan, dan aku berjanji untuk tidak melakukan maksiat lagi selamanya, serta aku membebaskan diri dari seluruh agama selain agama Islam".

Dan ketika ia telah mengikuti ucapan kiyai itu dan pulang, ia menyangka bahwa ia telah selesai melakukan taubat!.

Ini adalah bentuk kebodohan dua pihak sekaligus: kebodohan orang awam itu, serta sang kiyai juga. Karena taubat bukan sekadar ucapan dengan lidah saja, karena jika taubat hanya sekadar berbuat seperti itu, alangkah mudahnya taubat itu.

Taubat adalah perkara yang lebih besar dari itu, dan juga lebih dalam dan lebih sulit. Ungkapan lisan itu dituntut setelah ia mewujudkannya dalam tindakannya. Untuk kemudian ia mengakui dosanya dan meminta ampunan kepada Allah SWT. Sedangkan sekadar istighfar atau mengungkapkan taubat dengan lisan --tanpa janji dalam hati-- itu adalah taubat para pendusta, seperti dikatakan oleh Dzun Nun al Mishri. Itulah yang dikatakan oleh Sayyidah Rabi'ah al 'Adawiyah: "istighfar kita membutuhkan istighfar lagi!" Hingga sebagian mereka ada yang berkata: "aku beristighfar kepada Allah SWT dari ucapanku: 'aku beristighfar kepada Allah SWT'". Atau taubat yang hanya dengan lisan, tidak disertai dengan penyesalan dalam hati!

Sementara hakikat taubat adalah perbuatan akal, hati dan tubuh sekaligus. Dimulai dengan perbuatan akal, diikuti oleh perbuatan hati, dan menghasilkan perbuatan tubuh. Oleh karena itu, al Hasan berkata: "ia adalah penyesalan dengan hati, istighfar dengan lisan, meninggalkan perbuatan dosa dengan tubuh, dan berjanji untuk tidak akan mengerjakan perbuatan dosa itu lagi."
Taubat Seperti Dijelaskan oleh Al Ghazali

Taubat seperti dijelaskan oleh Imam Ghazali dalam kitabnya "Ihya ulumuddin" adalah sebuah makna yang terdiri dari tiga unsur: ilmu, hal dan amal. Ilmu adalah unsur yang pertama, kemudian yang kedua hal, dan ketiga amal.

Ia berkata: yang pertama mewajibkan yang kedua, dan yang kedua mewajibkan yang ketiga. Berlangsung sesuai dengan hukum (ketentuan) Allah SWT yang berlangsung dalam kerajaan dan malakut-Nya.

Ia berkata: "Sedangkan ilmu adalah, mengetahui besarnya bahaya dosa, dan ia adalah penghalang antara hamba dan seluruh yang ia senangi. Jika ia telah mengetahui itu dengan yakin dan sepenuh hati, pengetahuannya itu akan berpengaruh dalam hatinya dan ia merasakan kepedihan karena kehilangan yang dia cintai. Karena hati, ketika ia merasakan hilangnya yang dia cintai, ia akan merasakan kepedihan, dan jika kehilangan itu diakibatkan oleh perbuatannya, niscaya ia akan menyesali perbuatannya itu. Dan perasaan pedih kehilangan yang dia cintai itu dinamakan penyesalan. Jika perasaan pedih itu demikian kuat berpengaruh dalam hatinya dan menguasai hatinya, maka perasaan itu akan mendorong timbulnya perasaan lain, yaitu tekad dan kemauan untuk mengerjakan apa yang seharusnya pada saat ini, kemarin dan akan datang. Tindakan yang ia lakukan saat ini adalah meninggalkan dosa yang menyelimutinya, dan terhadap masa depannya adalah dengan bertekad untuk meninggalkan dosa yang mengakibatkannya kehilangan yang dia cintai hingga sepanjang masa. Sedangkan masa lalunya adalah dengan menebus apa yang ia lakukan sebelumnya, jika dapat ditebus, atau menggantinya.

Yang pertama adalah ilmu. Dialah pangkal pertama seluruh kebaikan ini. Yang aku maksudkan dengan ilmu ini adalah keimanan dan keyakinan. Karena iman bermakna pembenaran bahwa dosa adalah racun yang menghancurkan. Sedangkan yakin adalah penegasan pembenaran ini, tidak meragukannya serta memenuhi hatinya. Maka cahaya iman dalam hati ini ketika bersinar akan membuahkan api penyesalan, sehingga hati merasakan kepedihan. Karena dengan cahaya iman itu ia dapat melihat bahwa saat ini, karena dosanya itu, ia terhalang dari yang dia cintai. Seperti orang yang diterangi cahaya matahari, ketika ia berada dalam kegelapan, maka cahaya itu menghilangkan penghalang penglihatannya sehingga ia dapat melihat yang dia cintai. Dan ketika ia menyadari ia hampir binasa, maka cahaya cinta dalam hatinya bergejolak, dan api ini membangkitkan kekuatannya untuk menyelamatkan dirinya serta mengejar yang dia cintai itu.

Ilmu dan penyesalan, serta tekad untuk meninggalkan perbuatan dosa saat ini dan masa akan datang, serta berusaha menutupi perbuatan masa lalu mempunyai tiga makna yang berkaitan dengan pencapaiannya itu. Secara keseluruhan dinamakan taubat. Banyak pula taubat itu disebut dengan makna penyesalan saja. Ilmu akan dosa itu dijadikan sebagai permulaan, sedangkan meninggalkan perbuatan dosa itu sebagai buah dan konsekwensi dari ilmu itu. Dari itu dapat dipahami sabda Rasulullah Saw : " Penyesalan adalah taubat" (Hafizh al 'Iraqi dalam takhrij hadits-hadits Ihya Ulumuddin berkata: hadits ini ditakhrijkan oleh Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan al Hakim. Serta ia mensahihkan sanadnya dari hadits Ibnu Mas'ud. Dan diriwayakan pula oleh Ibnu Hibban dan Al Hakim dari hadits Anas r.a. dan ia berkata: hadits ini sahih atas syarat Bukhari dan Muslim), karena penyesalan itu dapat terjadi dari ilmu yang mewajibkan serta membuahkan penyesalan itu, dan tekad untuk meninggalkan dosa sebagai konsekwensinya. Maka penyesalan itu dipelihara dengan dua cabangnya, yaitu buahnya dan apa yang membuahkannya." (Ihya Ulumuddin (4: 3,4), cetakan: Darul Ma'rifah, Beirut).

Keluarga Sakina

Kembali tersenyum menyambut mentari pagi diiringi dengan ikhtiar meraih kebeningan hati, mensyukuri nikmat kesempatan untuk meniti keimanan kembali dalam program tausiyah Titian Iman di O’Channel bersama Aa’ Hadi yang kali ini memasuki Episode “Keluarga Sakinah”.

Untuk meraih keluarga sakinah mawaddah warahmah perlu perjuangan ikhtiar yang sungguh-sungguh. Tidak cukup dengan doa ketika walimah. Sakinah artinya tenang, mawaddah warahmah berarti penuh cinta dan kasih sayang. Untuk mewujudkannya perlu ada tanggung jawab dari semua pihak, baik suami, istri, maupun anak-anak jika memang ada. Optimalkan posisi suami sbagai qowam yang sholeh, begitu pula dengan istri sebagai istri sholehah, demikian pula anak yang tumbuh menjadi buah hati yang sholeh dan sholehah.

Kebersamaan seluruh anggota keluarga sangat penting dalam mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah. Yaitu kebersamaan dalam hal :

· Sama-sama menyamakan niat, visi, dan misi menikah adalah untuk ibadah lillahi ta’ala

· Sama-sama membekali diri dengan ilmu, sehingga pengetahuan agama semakin meningkat, begiu pula kualitas iman dan taqwa

· Sama-sama saling menasehati dalam kebaikan agar bersama mampu melaksanakan setiap perintah Allah, mendirikan shalat dalam kehidupan rumah tangga. Sebelum menasehati, siapkan diri untuk senantiasa berupaya istriqomah di jalan Allah dengan sabar dan baik sangka kepada Allah. Berikan ketauladan sebagai hasil dari shalat yang benar yang tercermin dari akhlak yang mulia.

Keislaman kita bisa terlihat dari kualitas shalat kita. Jika ingin amal kita diterima Allah maka tegakkan shalat dalam kehidupan. Sekali kita meninggalkan shalat maka hilanglah keislaman kita dan rumah tangga yang sakinah diawali dari hati yang sakinah (tenang, tentram). Pandai-pandailah mengendalikan diri. sesungguhnya kemampuan mengendalikan diri tidak hanya bisa dilihat seberapa matang usia seseorang. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk melatih mengendalikan diri, di antaranya adalah dengan :

· Memperbanyak dzikrullah

Dengan banyak mengingat Allah hati menjadi tenang. Jika hati tentram, pikiran pun jernih sehingga mampu memfilter lisan yang terucap yang pantas untuk disampaikan di waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan pasangan. Semakin sibukkann diri untuk memperbaiki kualitas diri bukan sibuk menuntut kesholehan dan kesempurnaan pasangan. Yakin, dengan ketauladanan lambat laun masing-masing pasangan akan mampu menyesuaikan diri dan memahami posisi masing-masing dengan segala hak dan tanggung jawabnya.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ﴿٢٨﴾

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingati Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.

(Ar-Rad, QS. 13:28)

· Melakukan shalat dan shaum sunnah.

· Tilawatul Quran

Tilawatul Quran di waktu antara waktu tahajud dan subuh untuk menjaga kelembutan hati

· Istiqomah dalam berikhtiar

Untuk bisa mengendalikan diri, senantiasa bersikap sabar perlu ketabahan dan kekuatan. Sesungguhnya beberapa saat setelah kita berdoa, maka Allah dan malaikat-Nya akan menurunkan ujian kepada kita.

Ketika suami melakukan kesalahan kemudian bertaubat dan meminta keridhoan kita untuk memberikan maaf, maka untuk mempermudah keluarnya maaf dari istri, hendaknya istri terus melanjutkan taaruf dengan suami, kenali suami lahir batin. Selain itu ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh sang istri untuk mudah memaafkan suami, yaitu dengan :

· Mengenang dan mengingat setiap kebaikan suami dan melupakan keburukannya untuk kemudian banyak bersyukur kepada Allah

· Meyakini bahwasanya segala sesuatu ada obatnya, obat hati dengan dzikrullah, perbanyak membaca kalimat tahlil dari hati yang terdalam agar hati mendapatkan nur hidayah dari Allah. Yakin, lambat laun Allah akan mencabut kebencian dalam diri dan menurunkan sakinah dalam hati

· Tingkatkan kualitas shalat karen dari shalat yang benar maka segala keburukan dalam diri akan diangkat oleh Allah

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ ﴿٤٥﴾

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(Al-Ankabut, QS. 29:45)

Gunakan selalu akal dan hati beserta perangkat ilmu yang bersumber dari Alquran dan Ash-Sunnah sehingga ketika mendapatkan curahan rahmat Allah senantiasa dioptimalkan untuk keluarga. Untuk mencapai keluarga yang sakinah diperlukan kerjasama yang solid antara suami, istri, dan anak-anak. Manfaatkan moment kebersamaan baik di saat makan maupun di saat kebersamaan lainnya dengan saling memberikan nasehat kebaikan.

Alquran adalah kitab yang berisi firman Allah untuk kemaslahatan dan kebaikan hamba-Nya. Allah Maha Mendengar setiap doa kita. Maka ketika kita berdoa, pupuk keyakinan kepada Allah bahwasanya Allah akan mengijabah doa kita. Karena detik ketika kita memanjaatkan doa, detik itu pula Allah sedang mendengar dan memperhatikan kita. Yakin aka nada perubahan yang awalnya adalah perubahan diri kita menjadi lebih baik. Segala sesuatu yang kita lakukan haruslah disertai dengan kesungguhan dalam pengamalan ilmu di kehidupan sehari-hari. Jadikan setiap kata yang terucap dari lisan kita adalah kata-kata hikmah yang kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Siap? Insya Allah

Kajian Akhlaq: Memutuskan Hubungan Saudara Muslim Lebih dari Tiga Hari

Di antara langkah syaitan dalam menggoda dan menjerumuskan manusia adalah dengan memutuskan tali hubungan antara sesama umat Islam. Ironinya, banyak umat Islam terpedaya mengikuti langkah langkah syaitan itu. Mereka menghindar dan tidak menyapa saudaranya sesama muslim tanpa sebab yang dibenarkan syara’. Misalnya karena percekcokan masalah harta atau karena situasi buruk lainnya.

Terkadang, putusnya hubungan tersebut langsung terus hingga setahun. Bahkan ada yang sumpah untuk tidak mengajaknya bicara selama-lamanya, atau bernadzar untuk tidak menginjak rumahnya. Jika secara tidak sengaja berpapasan di jalan ia segera membuang muka. Jika bertemu di suatu majlis ia hanya menyalami yang sebelum dan sesudahnya dan sengaja melewatinya. Inilah salah satu sebab kelemahan dalam masyarakat Islam. Karena itu, hukum syariat dalam masalah tersebut amat tegas dan ancamanya pun sangat keras.

Abu Hurairah Radhiallahu’anhu berkata, Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “Tidak halal seorang muslim memutuskan hubungan dengan saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari, barang siapa memutuskan lebih dari tiga hari dan meninggal maka ia masuk neraka” (HR: Abu Dawud, 5/215, Shahihul Jami’: 7635)

Abu khirasy Al Aslami Radhiallahu’anhu berkata, Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “Barangsiapa memutus hubungan dengan saudaranya selama setahun maka ia seperti mengalirkan darahnya (membunuhnya) “ (HR: Al Bukhari Dalam Adbul Mufrad no : 406, dalam Shahihul Jami’: 6557)

Untuk membuktikan betapa buruknya memutuskan hubungan antara sesama muslim cukuplah dengan mengetahui bahwa Alloh menolak memberikan ampunan kepada mereka. Dalam hadits riwayat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu, Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “semua amal manusia diperlihatkan (kepada Allah) pada setiap Jum’at (setiap pekan) dua kali; hari senin dan hari kamis. Maka setiap hamba yang beriman diampuni (dosanya) kecuali hamba yang di antara dirinya dengan saudaranya ada permusuhan. Difirmankan kepada malaikat :” tinggalkanlah atau tangguhkanlah (pengampunan untuk) dua orang ini sehingga keduanya kembali berdamai” (HR: Muslim: 4/1988)

Jika salah seorang dari keduanya bertaubat kepada Alloh, ia harus bersilaturrahim kepada kawannya dan memberinya salam. Jika ia telah melakukannya, tetapi sang kawan menolak maka ia telah lepas dari tanggungan dosa, adapun kawannya yang menolak damai, maka dosa tetap ada padanya.

Abu Ayyub Radhiallahu’anhu meriwayatkan, Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “Tidak halal bagi seorang laki-laki memutuskan hubungan saudaranya lebih dari tiga malam. Saling berpapasan tapi yang ini memalingkan muka dan yang itu (juga) membuang muka. Yang terbaik di antara keduanya yaitu yang memulai salam” (HR: Bukhari, Fathul Bari: 10/492)

Tetapi jika ada alasan yang dibenarkan, seperti karena ia meninggalkan shalat, atau terus menerus melakukan maksiat sedang pemutusan hubungan itu berguna bagi yang bersangkutan misalnya membuatnya kembali kepada kebenaran atau membuatnya merasa bersalah maka pemutusan hubungan itu hukumnya menjadi wajib. Tetapi jika tidak mengubah keadaan dan ia malah berpaling, membangkang, menjauh, menantang, dan menambah dosa maka ia tidak boleh memutuskan hubungan dengannya. Sebab perbuatan itu tidak membuahkan maslahat tetapi malah mendatangkan madharat. Dalam keadaan seperti ini, sikap yang benar adalah terus-menerus berbuat baik dengannya, menasehati dan mengingatkannya.

Seperti hajr (pemutusan hubungan) yang dilakukan Nabi Shallallahu’alaihi wasallam kepada Ka’ab bin Malik dan dua orang kawannya, karena beliau melihat dalam hajr tersebut terdapat maslahat. Sebaliknya bila menghentikan hajr kepada Abdullah bin Ubay bin Salul dan orang-orang munafik lainnya karena hajr kepada mereka tidak membawa faidah.

Kisah Nyata Orang Yang Memiliki Jiwa Besar

Banyak sekali contoh dari para umat terdahulu yang sholeh yang patut kita teladani berkaitan dengan sifat ‘afuu. Di sini tidak digunakan Rasululloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam sebagi contoh karena beberapa sebab. Pertama adalah bahwa akhlak Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam adalah akhlak Al-Quran, sebagaimana yang disampaikan oleh Ummul Mu’minin A’isyah RadhiAnha, كَانَ خُلقُهُ القُرْاَنَ “sunguh akhlak beliau (Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam) adalah al-Quran.” Karena akhlak beliau adalah Al-Quran, maka jelas kita meyakini bahwa dari sisi akhlak beliaulah yang paling mulia, paling lapang dada dan berjiwa besar. Sebab kedua agar orang tidak beralasan bahwa Rasululloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam dapat bersifat lapang dada dan berjiwa besar dan mudah memaafkan karena beliau adalah rasul, maksum dan telah disucikan oleh Alloh Subhanallohu wa Ta’ala, telah disucikan dari bagian setan, telah dibersihkan dadanya dari bagian-bagian syaitan ketika beliau masih kecil dan ketika isra’ dan mi’raj. Hal ini kemudian dijadikan alasan untuk membenarkan perbuatan-perbuatan salahnya.

Oleh sebab itu kami ambil contoh dari para pendahulu umat yang sholeh agar orang tidak beralasan dengan alasan-alasan tersebut. Dan agar kita dapat mengukur seberapa jauh akhlak kita dibanding dengan akhlak mereka. Yang paling penting adalah kita merubah akhlak kita tidak perlu kita melihat contohnya dari siapa. Artinya walaupun contohnya bukan dari Rasululloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam, yang paling penting adalah kita mencoba merubah akhlak kita.

Cobalah kita menguji bagaimana sikap kita terhadap orang yang berbeda dengan kita, berbeda dalam aqidah, berbeda dalam manhaj, apakah sikap setiap kita sepeti yang dicontohkan oleh para pendahulu umat yang sholeh? Sekarang kita lihat orang yang tidak memiliki keimanan sama sekali, maka sebagimana keyakinan ahlusunnah wal jamaah kita tidak boleh memberikan wala’ sedikitpun kepada orang tersebut. “Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Alloh Subhanallohu wa Ta’ala dan hari akhir, saling berkasih sayang dengan orang yang menentang Alloh Subhanallohu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.” (QS. Al Mujaadilah:22).

Berbeda dengan orang yang pada dirinya masih terdapat amal shalih dan amal syaiyi’ (amal yang tidak baik), yang terkumpul di dalamnya subhat, bid’ah, kesesatan atau syahwat, terkumpul di dalamnya kebaikan dan maksiat, maka wala’ dan baro’ kita terbagi, tidak di-wala’ 100% dan juga tidak di-baro’ 100% . Kita tidak baro’ 100% dan tidak juga wala’ 100% untuk orang seperti ini karena aqidah ahlusunnah wal jama’ah dalam masalah seperti ini kita mencintai seseorang sesuai dengan kadar keimanannya dan itiba’nya pada sunnah, dan kita benci pada orang yang sama sesuai dengan kadar penyimpangannya dari syariat ini.

Inilah yang kadang-kadang menjadi rancu pada sebagian orang ketika bermuamalah terhadap orang lain yang berbeda. Yang seharusnya diberikan sikap yang menjadi aqidah ahlusunnah wal jama’ah terhadap orang yang didalamnya ada keimanan dan maksiat, ada keimanan dan ada bid’ah, ada keimanan dan syubhat, maka wala kita tidak diberikan 100% dan tidak juga ditinggalkan 100%, yang diberikan wala’ 100% hanya kepada orang yang beriman dengan sempurna, akan tetapi terhadap orang yang beriman yang didalamnya masih tercampur amal yang shaleh dan amal yang tidak shaleh, masih ada dalam dirinya bid’ah maka wala’ kita tidak diberikan 100%. Kita mencintai seseorang sesuai dengan kadar keimanan dan itiba’nya terhadap sunnah, dan kita benci sesuai dengan kadar penyimpangannya dari sunnah. Inilah yang digunakan alasan sebagian orang untuk membela dirinya dengan menghatasnamakan dien dengan mengatasnamakan agama dengan mengatasnamakan sunnah.

Sekarang kita lihat contohnya dari Imam Ahmad, imam ahlu sunnah wal jama’ah, yang beliau dirantai dan disiksa dari satu penjara ke penjara yang lain, beliau disiksa di siang hari di bulan Ramadhan dalam keadaan berpuasa. Dimasukkan ke dalam penjara sementara darah masih menetes dari tubuhnya pada saat fitnah khalqil Quran (para ahlu bid’ah dan penguasa memaksa Imam Ahmad untuk mengatakan “Al Quran Makhluk”, padahal Al Quran bukan makhluk akan tetapi Firman Alloh Subhanallohu wa Ta’ala). Kita perhatikan belaiu, ketika beliau marah, marahnya bukan untuk membalas, belaiu marah bukan untuk hawa nafsunya akan tetapi marahnya karena Alloh Subhanallohu wa Ta’ala I. Belaiu mengatakan ”semua yang pernah membicarakanku meka mereka semua halal dan aku maafkan semua. Dan aku memaafkan Abu ishaq, (Raja Muktasim yang telah memenjarakan dan menyiksa belaiu dengan siksaan yang berat).” dan kemudian beliau mengatakan “aku maafkan Abu Ishaq, aku melihat melihat firman Alloh Subhanallohu wa Ta’ala, yang artinya:“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Alloh Subhanallohu wa Ta’ala mengampunimu?” (QS. An Nuur:22).

Tidakkah kita melihat bahwa Alloh Subhanallohu wa Ta’ala, Maha Pengampun lagi Maha Pemurah. Jadi, ini menunjukkan bagaimana Alloh Subhanallohu wa Ta’ala memerintahkan hamba-hambanya untuk memberi maaf kepada orang lain. Rasullloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Abu Bakar untuk memafkan pada kisah tuduhan palsu pada ‘Aisyah RadhiAllohu ‘Anha yang dituduh oleh orang munafiqin melakukan perbuatan zina dengan salah seorang sahabat.

Apa manfaatnya bagi kita, Alloh Subhanallohu wa Ta’ala mengadzab seseorang hanya untuk kepentingan kita? untuk memuaskan kepentingan kita dan membalas dendam kita?

Imam Ahmad setelah disiksa, tidak pernah membuka lagi catatan-catatan yang dulu ketika beliau disiksa. Beliau tidak ingin mengingat lagi orang-orang yang dahulu pernah terlibat terhadap penyiksaan beliau. Beliau tidak pernah mengingat lagi “Si fulan yang dulu mengejek saya , Si fulan yang dulu begini dan begini”. Beliau tidak membuat perhitungan dengan orang-orang tersebut, beliau memaafkan semua orang-orang tersebut.

Contoh yang lain adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang dianggap kafir dan difatwakan bahwa darahnya halal oleh para ulama pada zamannya. Beliau dimasukkan dari satu penjara ke penjara yang lain kemudian disiksa dari waktu ke waktu. Kemudian setelah beliau keluar dari penjara beberapa ahlu bid’ah dan orang-orang yang ingin membela beliau datang meminta maaf kepada beliau.

Salah satu musuh beliau adalah seorang ulama dari madzhab maliki dengan nama Ibnu Makhluf. Ibnu Makhluf wafat pada masa Ibnu Taimiyah. Salah satu Murid Ibnu Taimiyah yaitu Ibnu Qayyim mengetahui kematian Ibnu Makhluf. Kemudian Ibnu Qoyyim bersegera datang menemuai Ibnu Taimiyah menyampaikan kabar gembira ini. Akan tetapi, mari kita lihat reaksi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika melihat muridnya memberitahukan kematian musuh besarnya, kita lihat apakah beliau sujud syukur? Apakah beliau mengatakan ‘Alhamdulillah’ maha suci Alloh Subhanallohu wa Ta’ala yang telah menyelamatkan kaum muslimin dari kejahatannya’? Tidak seperti yang dilakukan oleh orang-orang sekarang, Syaikhul Islam dengan musuh besarnya yaitu Ibnu Makhluf ketika Ibnu Makhluf meninggal beliau tidak sujud syukur, tidak mengucapkan kalimat-kalimat yang menggambarkan kebenciannya. Tidak seperti yang dilakukan oleh sebagian orang sekarang, begitu bencinya kepada seseorang sehingga ketika mendengar kematian seseorang yang dibencinya sampai mengeluarkan ungkapan-ungkapan yang tidak layak diucapkan oleh seorang muslim.

Syaikhul Islam memarahi Ibnul Qoyyim kemudian mengingkari perbuatannya karena menyampaikan kegembiraan atas kematian musuh besar beliau, dan beliau mengucapkan kalimat istirja’, “inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’un“. Kemudian beliau langsung mendatangi rumah Ibnu Makhluf, berta’ziah dan kemudian mengatakan kepada keluarga, anak dan istri Ibnu Makhluf, “sesungguhnya sekarang status saya seperti bapak kalian”. “Tidak ada sesuatu pun yang kalian butuhkan melainkan saya akan berusaha memenuhi kebutuhan kalian.” Akhirnya mereka, keluarga Ibnu Makhluf, senang dan mereka mendoakan Syaikul Islam.

Ini kita lihat musuh besarnya. Dan kita lihat kalau sesorang itu musuh besar Ibnu Taimiyah pasti orang ini aqidahnya tidak benar. Tetapi ketika meningggal, Syaikhul Islam mendatangi rumahnya dan menyampaikan bahwa mulai hari ini semua kebutuhan keluarganya menjadi tanggungan Syaikhul Islam. Siapa diantara kita yang bisa berbuat seperti ini? Siapa diantara kita yang bisa ketika musuhnya meninggal dia mendatangi keluarganya, mendatangi anak-anaknya kemudian berta’ziah kepada mereka? Siapa diantara kita yang bisa sampai mengatakan bahwa tidak ada kebutuhan yang kalian butuhkan melainkan saya akan memenuhi kebutuhan kalian? Siapa diantara kita yang bisa berbuat seperti itu? Hanya orang-orang yang berjiwa besar. Bahkan kalau kita mau jujur, tidak hanya itu, bahkan kepada teman dekat pun kita belum bisa berbuat seperti itu apalagi kepada musuh.

Sekarang kalau kita mau jujur, jangankan musuh, kepada teman kita saja tidak seperti itu. Ini bukti kalau ukhuwah kita jelek sekali. Kalau teman kita ada yang terkena musibah seperti itu, diantara kita siapa yang bisa berlaku dan berbuat seperti itu? Ada teman yang keluarganya meninggal, coba adakah diantara kita yang datang kepada keluarganya dan mengatakan ‘saya akan memenuhi kebutuhan kalian.’

Betul Syaikul Islam mendatangi orang yang telah menfatwakan tentang kafirnya Syaikhul Islam. Artinya ia sangat mememusuhi Syaikul Islam. Jika kita katakan dia ahli bid’ah, tentu sifat-sifat ini ada pada diri Ibnu Makhluf. Akan tetapi beliau Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah bersikap lebih besar dari itu artinya bukan orang yang berjiwa kerdil.

Ayyuhal Ikhwan, seandainya kita berakhlak dengan akhlak seperti ini tentu kita bisa banyak meraih hati orang. Tetapi kadang kita memperlakukan mereka (orang yang berbeda dengan kita atau orang yang menyakiti kita) dengan perlakuan sebagaimana ayat-ayat yang Alloh Subhanallohu wa Ta’ala tegaskan bahwa ini adalah ayat yang ditujukan kepada orang-orang munafiqin. Tidak boleh kita Istigfar untuk mereka, tidak boleh kita menyolatkan mereka, tidak boleh kita menguburkan mereka. Hukum-hukum itu (tidak boleh memintakan ampun, menyolatkan, dan mendatangi penguburannya), kita terapkan kepada orang yang tadi kita sebutkan.

Kadang-kadang kita bermuamalah dengan sebagian kaum muslimin dengan muamalahnya sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an, muamalah dengan orang munafiqin. Artinya kita menjadi orang-orang yanag asyida’ alal Mu’minin, ‘orang yang sangat kasar kepada orang mukmin.’ Kita menjadi orang-orang yang sangat kasar kepada ahlu iman padahal Alloh Subhanallohu wa Ta’ala mensifati orang-orang mukmin dan para shabat yang bersana Rasululloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam dengan orang-orang yang Asyida’ ‘alal kuffar, ruhamaa’u bainahum. Kita menjadi orang yang terbalik, kepada orang-orang yang beriman kasarnya luar biasa kemudian kepada orang-orang kafir tidak bersikap kasar.

Kita lihat bagaimana Rasululloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang sudah aklaknya mulia sekali masih Alloh Subhanallohu wa Ta’ala perintahkan untuk bersikap lembut. “Seandainya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”

Ayat ini diturunkan kepada nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam bukan kepada yang lain, artiya juga menjadi pelajaran bagi yang lain. Jika saja Rasul shallallâhu ‘alaihi wa sallam berbuat kasar tentu orang akan lari darinya apalagi bukan rasul. Yang Rasul ini banyak pendukungnya untuk kemudian diterima dakwahnya, beliau dapat wahyu, beliau ma’sum dan beliau memiliki akhlak yang mulia, beliau ini dan itu, itu saja masih kemudian diperintahkan untuk bersikap lemah lembut, sampai Alloh Subhanallohu wa Ta’ala sampaikan firmanNya yang arinya: “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu (urusan peperangan dan hal duniawiah yang lain). Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekat, maka bertawakallah kepada Alloh Subhanallohu wa Ta’ala (QS. Al Imran:159).

Sekarang mari kita lihat lagi contoh yang ketiga yakni dari Rasululloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam, ketika berhubungan dengan Abdullah bin Ubay bin Salul. Abdullah bin Ubay ini adalah tokohnya kaum munafiqin di masa Rasululloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Semua orang tahu bahwa Abdullah bin Ubay ini adalah ra’sul munafiqin, imamnya orang-orang munafiq, bagaimana sikapnya terhadap Islam, ketika dalam perang Muraysi’ dia mengatakan “perumpamaan kita dengan Muhammad dan para shahabatnya adalah seperti kata pepatah ‘سَمِّنْ كَلْبُكَ يَأْكُلُكَ‘ “beri makan terus anjingmu, nanti kalau sudah besar akan memakanmu.” Artinya ketika Rasululloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan para shabatnya kita berikan kesempatan mereka akan menindas kita. Ini kata Abdullah bin Ubay dan orang-orang muanafiq yang bersamanya. Kemudian dia juga mengatakan “jangan kalian infakkan apa yang ada ditangan kalian kepada orang-orang yang bersama Muhammad supaya mereka menjauh dari Muhammmad.” Ini perkataan Abdullah bin Ubay, dan ini hanya sebagian dari sikap mereka kepada Rasululloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya, agar mereka jangan diberikan apapun dan agar mereka keluar dari Madinah.

Coba kita perhatikan ketika Abdullah bin Ubay ini meninggal apa yang dilakukan Rasululloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam? Beliau mendatangi kuburnya, memberikan pakaian beliau kepada putranya, dan kemudian memberikan kain untuk dijadikan kafan untuk Abdullah bin Ubay. Ini ra’sul munafiqin, imamnya orang-orang munafiq, jelas-jelas orang munafiq, bahkan dengan nash, Rasulullah datang ke kuburnya. Kemudian kita lihat ini bukan orang munafiq biasa tapi ra’sul munafiqin, tetapi dia masih diberikan kain kafan, didatangi kuburnya dan Rasululloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam memintakan ampun kepada Alloh Subhanallohu wa Ta’ala. Coba bayangkan, beliau mendatangi kuburnya dan memintakan ampun kepada Alloh Subhanallohu wa Ta’ala, memintakan ampun kepada Alloh Subhanallohu wa Ta’ala untuk imamnya orang-orang munafiq, sampai turun firman Alloh Subhanallohu wa Ta’ala yang melarang Rasul shallallâhu ‘alaihi wa sallam untuk memintakan ampun. Artinya kita lihat kemuliaan jiwa Rasululloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam untuk memintakan ampun kepada orang yang selama ini menyakiti beliau. Kalau sendainya itu terjadi pada kita mungkin kita akan kemudian mengatakan “mampus, biar sekalian mati”, akan tetapi beliau memintakan ampun, baru setelah turun larangan memintakan ampun untuk orang-orang munafiq dan orang kafir, yang artinya:”Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Alloh Subhanallohu wa Ta’ala sekali-kali tidak akan merberi ampun kepada mereka” (QS. At taubah:80).

Berkenaan dengan ayat ini beliau bersabda yang artinya, “Seandainya saya tahu kalau seandainya saya beristighfar lebih dari tujuh puluh kali akan diampuni, saya akan melakukan lebih dari tujuh puluh kali” atau sebagaiman sabda beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Ini kepada imamnya orang-orang munafiq, seandainya beliau memintakan ampun libih dari tujuh puluh kali akan diampuni, niscaya beliau akan melakukannya. Kita lihat akhlak Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam terhadap imamnya orang-orang munafiq, kepada orang yang sudah lama sekali mengganggu dan menyusahkan Rasululloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam serta orang-orang yang bersama beliau. Orang inilah yang telah membuat tuduhan palsu kepada ‘Aisyah radhiAllohu ‘Anha, dia juga yang menuduh kehormatan Rasululloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam.

Coba kita lihat pada orang yang seperti ini beliau masih mau mendatangi kuburnya, kemudian memberikan kain kafan kemudian memintakan ampun kepada Alloh Subhanallohu wa Ta’ala. Siapa diantara kita yang bisa berjiwa besar seperti ini?

Tapi juga jangan difahami bahwa kita ingin mengaburkan aqidah wala’ wal bara’ seperti yang telah kita sebutkan di depan. Artinya harus difahami aqidah wala’ wal bara’, mana yang dinamakan aqidah wala’ wal bara’, bagaimana sikap Rasululloh shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan para pendahulu umat yang sholeh berkaitan dengan orang-orang yang berbeda atau menyimpang. Harus dibedakan antara wala’ dan bara’ dengan hawa nafsu kita. Al wala’ wal bara’ jalas ada dalam hati kita. Sikap terhadap orang, kemudian hawa nafsu kita juga sesuatu yang lain adalah dua hal yang harus dibedakan.

Dai tidak pantas memiliki sifat-sifat seperti ini. Kalau dai seperti ini, merusaknya lebih besar daripada memberi manfaat. Mendoakan kejelekan pada Si fulan pada sepertiga malam terakhir, kemudian melaknat Fulan, kemudian mencaci maki Fulan kemudian menyatakan bahwa Alloh Subhanallohu wa Ta’ala tidak mungkin memberikan ampun kepadanya. Orang yang seperti ini lebih pantas memperbaiki dirinya sendiri, baru memperbaiki orang lain. Karena bisa jadi merusaknya lebih besar daripada memberikan kemaslahatan bagi orang lain. Karena dia sendiri belum berhasil memperbaiki dirinya, memperbaiki jiwanya sehingga ketika dia memperbaiki orang lain tentu akan lebih susah. Artinya berurusan dan bermasalah dengan Si Fulan kemudian bermusuhan dengan orang lain dan seterusnya.

Ketika Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sakit menjelang wafatnya, dan sakitnya ini bukan dirumah sakit tetapi sakitnya di penjara, beliau dilarang melakukan semua aktivitas sampai kemudian tidak diberikan pena untuk menulis, dilarang diberikan pena, walau demikian beliau tetap menulis memberikan fatwa kepada kaum muslimin dengan mengunakan arang sampai akhirnya beliau dilarang untuk menulis, segala aktivitasnya diawasi dan disampaikan oleh ahlu bid’ah kepada penguasa.

Suatu ketika sebagian orang yang menjadi ahlu bid’ah ini mendatangi Syaikhul Islam di dalam penjara kemudian meminta maaf kepada Syaikhul Islam, karena mereka menjadi sebab Syaikul Islam masuk penjara. Kita lihat bagaimana beliau berjiwa besar, beliau mengatakan “إِنِّي أَحْلَلْتُكَ ” ‘saya telah maafkan Anda, saya juga sudah memaafkan Raja Nashir yang memenjarakan saya.’ Beliau memaafkan orang yang memasukkan beliau ke penjara, orang-orang yang menjadi sebab beliau masuk penjara beliau maafkan semua.

Kisah yang lain yang menceritakan tentang Syaikhul Islam adalah ketika Raja An-Nashir tadi pemerintahannya berhasil digulingkan oleh Raja Al Mudhaffar. Ulama ulama yang tadinya bersama Raja Nashir ini bergabung dengan Raja Al Mudhaffar. Kita lihat bagaimana orang-orang yang cari keuntungan, cari selamat, kemudian bergabung bersama Raja Al Mudhaffar. Ternyata tidak beberapa lama kemudian Raja Nashir berhasil merebut kembali kekuasaannya. Ulama-ulama yang tadi, para Qodhi dan para Fuqaha tadi dihadapkan kepada raja Nashir.

Bisa dibayangkan tadinya membela sekarang menjadi musuh, sekarang begitu berkuasa lagi dipanggail semua, dihadapkan kehadapannya. Wallahu A’lam