Selasa, 15 Februari 2011

IBADAH PEMBENTUK KEBUDAYAAN ISLAM

SEBAGAIMANA yang telah kita uraikan dalam Bab Ketujuh, bahwa karena manusia mengerjakan amalannya menurut syarat-syarat ibadah serta berlandaskan kepada Al Quran dan As Sunnah, maka lahirlah satu generasi tamadun Islam. Islam yang bertamadun itu tentunya mempunyai kebudayaan tersendiri. Maka di dalam bab ini marilah kita tinjau sedikit tentang apa yang dikatakan kebudayaan Islam dan bagaimana syariat mendorong pembentukan kebudayaan Islam.

Apakah Islam itu suatu kebudayaan? Begitu banyak sekali pakar kebudayaan sekarang ini menyuarakan pendapat itu. Mereka dengan lantang mengatakan bahwa Islam itu adalah kebudayaan karena merupakan satu cara hidup atau way of life. Apakah pendapat mereka benar? Marilah kita perhatikan takrif kebudayaan.

Kebudayaan itu adalah suatu hasil usaha tenaga fikiran dan tenaga lahir manusia. Kalau demikianlah takrif kebudayaan maka nyatalah bahwa syariat Islam itu bukan kebudayaan karena Islam itu bukan wujud dari hasil fikiran manusia atau bukan hasil usaha lahir manusia. Al Quran yang merupakan sumber syariat Islam bukan hasil ciptaan manusia. Islam adalah wahyu dari ALLAH SWT. Dengan itu jelaslah bahwa barang siapa mengatakan yang syariat Islam itu suatu kebudayaan, maka ia telah melakukan suatu kesalahan yang besar.

Namun demikian kita mengakui bahwa syariat Islam mendorong umat Islam berkebudayaan. Hal itu akan berhasil sekiranya segala perintah dalam Islam diamalkan mengikuti syariat dan syarat-syaratnya. Di bawah ini kita kemukakan beberapa contoh bagaimana umat Islam dengan sendirinya terdorong membentuk satu kebudayaan Islam hasil dari usaha mereka mengikuti perintah ALLAH. Firman ALLAH b‡rbunyi:

Artinya: “Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan keadaan angkuh.”
(Al Isra’: 37)

Ayat itu jelas membentuk suatu pribadi Islam yang akan menjadi satu bentuk kebudayaan di mana seluruh umat Islam tidak akan mempunyai sifat angkuh. Sebaliknya akan mempunyai sikap tawadhuk dan merendahkan diri.

Al Quran menyuruh kita memberi salam seperti dalam ayat:

Maksudnya: “Apabila kamu diberi ucapan salam, maka hendaklah kamu mengucapkan dengan sebaik-baiknya atau kembalikan dengan yang sama. “
(An Nisa’: 86)

Itulah kebudayaan Islam, yaitu suatu amalan umat Islam memberi salam ketika bertemu sesamanya. Umat Islam mempunyai satu ucapan yang murni dalam memberi salam bukan kebudayaan yang disadur seperti ‘selamat pagi’ atau ‘Hello’ dan sebagainya.

Syariat Islam menetapkan suatu bentuk pakaian wanita Islam. Syariat menyuruh wanita Islam menutup aurat seperti perintah ALLAH :

Maksudnya: Wahai Nabi, katakanlah olehmu kepada isteri-isterimu dan anak- anak perempuanmu dan perempuan-perempuan mukmin agar mereka melabuhkan jilbab mereka karena yang demikian itu hampir dikenal sebagai wanifa yang beriman, maka tidak akan diganggu dan adalah ALLAH itu Maha Pengampun dan Maha Pengasih.
(Al Ahzab : 59)

Itulah satu lagi kebudayaan Islam yang menentukan cara berpakaian wanita Islam. Berpakaian menutup aurat adalah wajib dan bukan diciptakan oleh pikiran manusia atau suatu bentuk mode seperti yang dikatakan orang banyak. Ada yang mengatakan pakaian wanita sebenarnya adalah pakaian adat yang ada pada mereka. Sungguh lantang mereka menentang perintah ALLAH!

Seterusnya ALLAH berfirman :

Maksudnya: “Bahwasanya yang mengimarahkan masjid ALLAH Taala ialah orang yang beriman dengan ALLAH dan hari akhirat, yang mendirikan shalat dan yang membayar zakat, dia tidak takut melainkan kepada ALLAH. Mudah-mudahan mereka itu termasuk orang yang mendapat petunjuk”-
(At Taubah: 18)

Dalam ayat di atas disebut perkataan Ya’muru yang maksudnya ialah ‘orang yang membangun mesjid’ dan ‘yang meramaikan mesjid’ untuk beribadah kepada ALLAH. Umat Islam yang mengikuti perintah ayat itu dan sesuai dengan syarat-syarat yang digariskan oleh syariat, maka itulah kebudayaan Islam. Mesjid itu adalah kebudayaan Islam.

Al Quran mengatakan supaya umat Islam berjalan mengembara seperti dalam ayat berikut:

Maksudnya: ‘Berjalanlah kamu di atas muka bumi”
(Al An’am: 11)

Jika sekiranya umat Islam mengikuti perintah itu dan mengembara di bumi Tuhan untuk mencari pengalaman yang baik mengikuti lima syarat ibadah, maka itu dapat dianggap sebagai kebudayaan Islam. Mengembara mencari pengalaman yang baik dan dapat memberi manfaat kepada seluruh umat Islam adalah satu kebudayaan Islam.

Umat Islam digalakkan untuk menuntut ilmu dan itu jelas sebagaimana firman ALLAH berikut ini:

Maksudnya: “ALLAH mengangkat orang yang beriman dari kamu dan mereka yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat.”
(Al Mujadilah: 11)

Hal itu merupakan satu lagi bentuk kebudayaan Islam. Syariat menuntut supaya umat Islam belajar mencari ilmu, karena itu umat Islam dituntut untuk mendirikan tempat-tempat mencari ilmu (sekolah/universitas).

Mengenai hidup bermasyarakat, dalam Al Quran ada sepotong ayat yang berbunyi:

Maksudnya: "Bertolong bantulah kamu di dalam berbuat kebajikan dan ketakwaan dan janganlah kamu bertolong bantu di dalam dosa dan permusuhan. “
(Al Maidah: 2)

Jelas sekali umat Islam diajak hidup bergotong royong dan saling bantu membantu dalam semua aspek kehidupan seperti mendirikan masjid, sekolah-sekolah, rumah sakit Islam, mendirikan rumah anak-anak yatim dan sebagainya. Itulah kebudayaan Islam. Dan dalam hal itu umat Islam dilarang bekerja sama dalam dosa dan bermusuh -musuhan.Demikianlah beberapa petikan yang dapat mendorong umat Islam melahirkan suatu kebudayaan yang tersendiri. Kebudayaan itu menjadi suatu ibadah untuk umat Islam yang membangunnya. Mereka akan diberi ganjaran syurga di akhirat kelak. Di samping menjadi ibadah, juga merupakan kemajuan yang dapat memberi menafaat kepada seluruh manusia di dunia.