Selasa, 15 Februari 2011

HABLUMMINALLAH DAN HABLUMMINANNAS

KITA telah mengatakan dan menguraikan tentang tiga tingkat ibadah dalam bab yang lalu. Di dalam Al Quran, ketiga peringkat ibadah yang kita bentangkan itu terbagi dengan lebih terperinci menjadi dua bagian pokok yaitu ibadah manusia yang berhubungan dengan ALLAH (hablumminallah) dan ibadah manusia yang berhubungan dengan manusia (hablumminannas). Dalam konteks ibadah itu ALLAH telah menjelaskannya dalam Al Quran:

Artinya: “Akan ditimpa kehinaan ke atas mereka itu di mana saja mereka berada melainkan yang menghubungkan diri dengan ALLAH dan menghubungkan diri dengan sesama manusia.”
(Al Imran: 112)

Peringkat ibadah yang telah kita uraikan dalam Bab Tiga dapat dimasukkan ke dalam dua bagian itu. Dalam ibadah manusia yang berhubungan dengan ALLAH kita dapatkan bentuk-bentuk ibadah yang mencakup semua bidang fardhu ain serta soal-soal akidah yang melibatkan rukun iman dan rukun Islam. Adapun ibadah manusia yang berhubungan dengan sesama manusia merupakan suatu hubungan manusia di mana antara individu itu memiliki ikatan dengan keluarga, tetangga dan masyarakat serta peranannya dalam jihad, dalam menegakkan pendidikan dan pelajaran Islam, dalam menegakkan amrun bil ma’ruf wanahyun anil mungkar. Termasuk juga peranan seorang individu itu dalam mewujudkan politik Islam, negara Islam dan hubungan internasional. Dalam bidang tersebut hablumminannas ada hubungannya dengan hukum-hukum fardhu kifayah.

Dalam menguraikan pembagian ibadah dikaitkan dengan hubungan dengan ALLAH dan hubungan dengan manusia itu, kita sebenarnya diingatkan oleh ALLAH dalam ayat yang sama, yaitu kita akan ditimpa kehinaan di mana saja kita berada jika kedua ibadah itu tidak dapat kita tegakkan. Begitulah ALLAH memberi peringatan kepada kita. Coba sejenak kita singkap tabir yang telah sekian lama mengelabui mata hati dan penglihatan kita dan renungkan seikhlas-ikhlasnya kebenaran ingatan ALLAH dalam firman-Nya itu. Apakah tidak ada unsur-unsur penghinaan yang telah ALLAH timpakan kepada manusia yang tidak memperdulikan peringatan-Nya itu?

Menegakkan hablumminallah tetapi mengabaikan hablumminannas, tetap ALLAH timpakan penghinaan. Menegakkan hablumminannas tetapi mengabaikan hablumminallah, maka ALLAH tetap menghina manusia itu. Atau menegakkan kedua-duanya tetapi pelaksanaannya tidak menurut syariat yang diperintahkan oleh ALLAH, penghinaan akan tetap menimpa.

Apakah bentuk-bentuk penghinaan yang ALLAH timpakan? Yaitu meluasnya maksiat dan kemungkaran dengan leluasa, kejahatan semakin menjadi-jadi sehingga langkah-langkah pencegahan tidak membuat perubahan, krisis moral menonjol di kalangan masyarakat, timbul perselisihan dan perkelahian yang berlanjut menjadi peperangan dan pertumpahan darah sesama manusia.

Dalam keadaan dunia yang penuh dengan berbagai gejala yang disebutkan itu, maka jelas bagi kita bahwa sudah tidak ada ketenangan lagi di dunia. Kita dapat merasakan keselamatan kita makin terancam dari masa ke masa. Yang mempunyai harta kekayaan merasa kapan saja jiwa mereka terancam, sedangkan gadis-gadis dan wanita-wanita senantiasa merasa dirinya dapat menjadi korban perkosaan dan bentuk-bentuk kejahatan dan maksiat lainnya. Bagaimana pula dengan pemimpin-pemimpin? Pikiran mereka juga senantiasa dalam keadaan terancam karena merasa ada pemimpin lain yang akan merampas kuasanya. Apabila terjadi perebutan kuasa di kalangan pemimpin, maka pertumpahan darah pasti terjadi.

Itulah gejala-gejala penghinaan yang ALLAH timpakan kepada kaum-kaum yang durhaka, yang tidak benar-benar melaksanakan perintah-Nya tentang hablumminallah dan hablumminannas. Kehidupan yang dipengaruhi oleh beraneka macam gejala itu menciptakan neraka dunia, sedangkan di akhirat akan ada satu neraka lagi yang lebih dahsyat dan hebat. Gambaran mengenai penderitaan itu ALLAH terangkan dalam Al Quran:

Artinya: “Telah lahirlah kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan oleh usaha tangan manusia itu sendiri supaya ALLAH merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar.”
(. Ar Rom: 41)