Kamis, 06 Januari 2011

copi

Seseorang bertanya kepadaku, "Bagaimana cara mengeluarkan cinta dunia dari dalam hati?". Aku jelaskan kepadanya, "Perhatikanlah setiap perpindahan dunia itu dari satu tangan ke tangan lainnya. Dia berhasil untuk menghalangi dan membuat lupa para pemiliknya. Pada awalnya dunia akan mengangkat derajad pemiliknya dari orang lain, sehingga membuat dia disanjung dan dipuja. Saat ia terlena dengan kedudukan dan tarap hidupnya, tiba-tiba dunia menjerat dan menjatuhkannya, mereka diperdaya oleh dunia sehingga menghancurkannya. Dunia hanya tertawa, iblis pun ikut menyeringai tawanya. Demikianlah dunia memperlakukan orang kaya, para penguasa dan raja-raja, sejak zaman Adam hingga hari kiamat kelak. (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

Ketika aku mengalami sebuah musibah, maka biasanya aku akan bertanya dalam hati kesalahan apakah yang telah aku perbuat? Demikian juga dengan kejadian kecurian tadi pagi. HP, ATM, uang, dan barang yang aku simpan dalam kamar dicuri pada saat aku sedang tertidur lelap. Kira-kira kesalahan apakah yang telah aku perbuat sehingga aku kehilangan barang tersebut? Apakah uang dan barang yang aku beli itu aku peroleh secara haram? Apakah masih ada hak orang lain yang masih belum aku berikan?



Setelah merenung beberapa lama, aku mulai paham apakah sebabnya. Selama ini aku begitu membenci korupsi dan seringkali menghujat orang yang korupsi. Aku berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mendapatkan uang dari hasil korupsi atau hasil suap. Seminggu ini ada banyak kejadian di lokasi proyek, meskipun bukan aku, tim ku, atau pekerja di proyek ku yang melakukan kesalahan. Tetapi demi image dan marketing, aku dimarahi oleh pimpinan dan diminta melakukan langkah2 yang tidak sesuai dengan prinsipku. Salah satunya adalah memberikan uang kepada aparat penegak hukum. Aku pribadi tidak setuju karena aku dan tim ku tidak melakukan kesalahan, mengapa pula kita harus memberikan uang kepada aparat? Tetapi pimpinan terus menekan dengan alasan untuk membina hubungan baik dengan aparat. Akupun didorong agar sebagai bagian pimpinan harus mampu membina hubungan baik dengan aparat, dan uang itupun hanya merupakan kontribusi saja bukan sebagai suap karena memang tidak ada kasus. Setalah dimarahi, ditekan, dan didorong maka akhirnya akupun memberikan uang itu. Saat itu aku berusaha membujuk hatiku dengan mengatakan bahwa uang ini adalah uang kantor dan aku hanya pasif karena hanya menjalan perintah.



Jam 2.30 sore uang itu sudah aku berikan, dan hatiku sudah merasa lega, tetapi jam 4 pagi keesokan harinya teguran Tuhan datang dengan jalan hilangnya barang2ku senilai 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan uang yang aku berikan kepada aparat tersebut. Selama ini aku sangat yakin jika aku mengalami kejadian yang tidak menyenangkan itu pasti karena aku telah melakukan kesalahan sebelumnya dan hukumannya pasti lebih berat daripada kesalahanku. Misalnya aku mengurangi hak orang lain yang seharusnya keluar dari gajiku sebesar Rp. 50.000,- maka pasti aku akan mengalami suatu kejadian yang mengakibatkan aku harus mengeluarkan uang lebih besar dari Rp.100.000,-. Dan rupanya demikian pula dengan kejadian kali ini.



Kejadian ini merupakan teguran bagiku dan pelajaran bahwa disuap dan menyuap itu sama salahnya. Jika selama ini aku selalu menjaga agar jangan disuap, maka Tuhan sekarang mengajarkan agar aku juga jangan menyuap. Hidup dinegara yang penuh dengan korupsi dan suap ini memang tidak mudah. UNTUK BAPAK DAN IBU PIMPINAN PERUSAHAAN, MOHON MAAF, MULAI SAAT INI SAYA TIDAK BERSEDIA MEMBANTU ANDA UNTUK MENYUAP. LEBIH BAIK SAYA KELUAR ATAU ANDA KELUARKAN SAYA DARI PERUSAHAAN.



Ya Allah yang menguasai hidup dan matiku, yang memberikan nafas dan kesehatan tubuhku, yang mengatur rejeki seluruh makhlukMu, ampunilah dosa-dosa yang telah aku lakukan. Ya Allah yang mengetahu gerak seluruh makhlukNya, tidak ada kejadian menimpaku yang tidak baik untukku karena Engkau adalah Maha Pengasih dan Penyayang, berikanlah padaku pengetahuan agar dapat memahami semua kejadian yang menimpaku dan jadikanlah aku sebagai hambaMu yang pandai bersyukur. Amin.