Sabtu, 19 Maret 2011

menjaga lidah

Imam Nawawi mengatakan : “Ketahuilah, seseorang mukallaf itu sewajarnya menjaga lidahnya dari ucapan yang tidak bermanfaat kecuali percakapan yang menghasilkan kebaikan. Apabila berbicara dan berdiam diri adalah sama saja hasilnya maka mengikut sunnahnya adalah lebih baik berdiam diri karena percakapan yang diharuskan mungkin membawa kepada yang haram atau makruh.

Alangkah bahagianya kita sebagai orang tua saat melihat bayi mungil yang kita cintai telah mulai berucap sepatah dua patah kata. Dengan betahnya kita ajari dia setiap saat buat mengucapkan kata kata melalui bibir mungilnya tersebut. Kata kata yang mulanya keluar terpatah patah, akhirnya dengan izin Allah lancar menjadi kalimat beruntun yang diucapkan oleh mulut si anak. Begitulah kita manusia diajari berbicara oleh orang tua yang sangat bahagia mendengar suara halus kita mengikuti perkataan yang diajarkannya.

Perkembangan manusia yang diberi umur panjang oleh Allah Subhanahu wata’ala dari janin, lalu lahir sebagai bayi dan tumbuh sehingga dewasa, dan tua, lalu akhirnya kembali menghadapNya, merupakan siklus hidup dengan entah berapa banyak kata dan kalimat yang telah diucapkan melalui mulut kita. Kadang kata kata itu sangat baik, namun adakalanya sangat keji.

Kenyataannya, manusia sering dijerat oleh lidahnya sendiri disebabkan oleh berbagai alasan. Kadangkala sedang bercanda, kata kata yang tidak sopanpun bisa keluar, apalagi dalam keadaan amarah, kata kata yang keluar mampu mengiris jantung seseorang yang dituju. Bahkan dalam keramahan bersosialisasipun, kata kata yang keluar bisa menjadi gunjingan atau ghibah, dan yang lebih buruk lagi malah bisa menimbulkan fittnah.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tahukah kalian apa itu ghibah? (Para shahabat) menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah berkata: “(Al-Ghibah itu adalah) Engkau menyebutkan saudaramu dengan sesuatu yang dia benci.” Kemudian ada yang berkata: “Bagaimana pendapatmu jika apa yang aku katakan itu memang nyata ada pada saudaraku tersebut?” Rasulullah menjawab: “Jika padanya memang terdapat apa yang kamu katakan, maka berarti kau telah mengghibahinya. Jika ternyata apa yang kamu katakan tidak ada pada diri orang tersebut, maka engkau telah berbuat dusta yang diada-adakan atasnya.” (HR. Muslim no. 2589; At-Tirmidzi no. 1934; Abu Dawud no. 4874; Ahmad II/230, 384, 386, 458; Ad-Darimi no. 2598)

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS Al Hujuraat 49 : 12)

Sungguh bahaya yang ditimbulkan oleh lidah yang tidak terjaga tersebut sangat buruk akibatnya bagi yang bersangkutan dan bagi manusia lainnya yang dituju. Mungkin bukan suatu kesengajaan yang dilakukan oleh hamba Allah yang berfikir, namun bisa saja akibat ketaksengajaan, lidah seseorang telah mengiris hati orang yang mendengarnya.

Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhoi Allah Subhanahu wata’ala yang dia mengira tidak akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh Allah keridhoanNya bagi orang tersebut, sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah subhanahu wata’ala yang tidak dikiranya akan demikian maka Allah mencatat yang demikian itu sampai hari Kiamat. (HR Tirmidzi dan dia berkata hadits hasan shahih dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

Kita semua sadar dan tahu bahwa setiap kata kata yang diucapkan tidak dapat dilepaskan begitu saja tanpa ada pertanggung jawaban, namun seringkali kita terjerat oleh lidah kita sendiri.

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS Qaaf 50 : 18)

Andai ditanya kehati terdalam setiap insan, tak seorangpun mau disakiti oleh sesamanya, baik secara fisik maupun akibat perkataan yang dilontarkan. Namun sering hal itu terabaikan ketika lidah mulai beraksi mengeluarkan pelbagai perkataan.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, (QS Al Ahzaab 33 : 70)

Di antara akhlak seorang mukmin adalah berbicara dengan baik, bila mendengarkan pembicaraan tekun, bila berjumpa orang dia menyambut dengan wajah ceria dan bila berjanji ditepati. (HR. Ad-Dailami)

Sungguh besar Kuasa Allah, memberikan lidah yang terasa lembek kepada manusia, namun ketika lidah itu melafazkan kata kata bisa setajam pedang. Dan manusia sering merugikan dirinya sendiri akibat kata kata yang begitu mudah keluar dari mulutnya, sehingga akibat lidah tersebut bisa manjauhkan bahkan memutuskan silaturahim.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah banyak memberikan pengajaran berharga buat seluruh pengikutnya dalam memelihara lidah. Bahkan Al Amin tersebut memilih diam ketika dirinya dihina oleh orang orang kafir. Sementara kita sebagai umat yang telah memperoleh pengajaran akhlak dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam cenderung menggunakan lidah kita buat membalas kata kata yang menurut kita sangat menyakitkan hati.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Islam mengajak umat agar senantiasa menjaga lisan. Dengan begitu lisan digunakan untuk sesuatu yang baik dan tidak bertentangan dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala. Lisan orang yang berakal muncul dari balik hati nuraninya. Maka ketika hendak berbicara terlebih dahulu dia kembali pada nuraninya.Apabila ada manfaat baginya, dia berbicara dan apabila berbahaya maka dia menahan diri. Sementara hati orang yang bodoh berada dimulut, dia berbicara sesuai dengan apa saja yang dia maui. (HR Bukhari Muslim)

Kelalaian manusia dalam menjaga lidahnya bisa saja timbul bukan karena keinginan ingin berburuk sangka terhadap sesama, namun akibat dari mendengarkan pembicaraan yang kurang baik diantara teman teman yang tengah berkomunikasi, mengakibatkan dia terseret dalam perbincangan sehingga akhirnya ikut mengeluarkan pernyataan yang menjatuhkan dirinya pada ghibah atau lebih buruk lagi pada fitnah. Karena itulah Rasulullah menyuruh kita untuk menjauhkan diri dari hal hal yang demikian.

Menyendiri lebih baik daripada berkawan dengan yang buruk, dan kawan bergaul yang shaleh lebih baik daripada menyendiri. Berbincang-bincang yang baik lebih baik daripada berdiam dan berdiam adalah lebih baik daripada berbicara (ngobrol) yang buruk. (HR. Al Hakim)

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, (QS Al Mu’minuun 23 : 1 – 3)

Lidah yang tidak memiliki tulang ini sangat besar pengaruhnya bagi manusia, karena dengan lidahlah seseorang mampu menjerat hati orang banyak dalam berpolitik, dan dengan lidah jugalah seorang pelawak membuat orang lain tertawa, dan sebaliknya lidah jugalah yang menyebabkan seseorang kehilangan popularitasnya serta akibat lidahlah, neraka menanti hamba hamba Allah yang sering melakukan ghibah, kata kata fitnah dan ucapan yang keji dan kotor serta ucapan tak bermanfaat lainnya.

Seorang mukmin bukanlah pengumpat dan yang suka mengutuk, yang keji dan yang ucapannya kotor. (HR. Bukhari)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya seburuk buruk orang disisi Allah subhanahu wata’ala dihari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia lain tertawa (HR Bukhari)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS Al Hujuraat 49 : 11)

Sebagai hamba Allah yang hidup di ujung zaman ini, sesungguhnya telah banyak fasilitas yang mempermudah manusia buat bersosialisasi tanpa perlu bertemu muka, namun mampu membuat kita saling mengenal untuk menjalin silaturahim dalam Ukhuwah Islamiah yang Insya Allah diridhoi oleh Allah subhanahu wata’ala, dimana kita bisa saling berbagi ilmu dan ingat mengingatkan dalam kebaikan.

Setidaknya hal ini membuat kita terhindar dari pembicaraan langsung yang kadang kala kata katanya keluar tanpa sempat difikirkan terlebih dahulu, sementara dengan fasilitas yang ada dizaman sekarang ini, jalinan komunikasi yang ada dapat lebih terjamin karena sebelum menyampaikan kata kata, kita memiliki waktu buat memikirkannya terlebih dahulu dalam bentuk tulisan.

Namun jika kita tidak hati hati, sesungguhnya fasilitas yang ada sekarang ini ghibahnya bisa mendunia. Akibat dari kemajuan teknologi yang ada siapa saja dapat membaca dan mengetahui banyak hal melalui tulisan dimedia elektronik yang banyak bertebaran dimuka bumi ini.

Jadi keberuntungan yang kita dapatkan melalui kemajuan zaman ini merupakan pisau bermata dua yang dapat membuat seseorang terkenal sekaligus terpuruk melalui lisan dan tulisan yang tidak terpelihara. Alangkah beruntung nya andaikan kita mampu memanfaatkan keadaan yang kita hadapi sekarang ini dalam kebaikan.

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS Al Ashr 103 : 1 – 3)

Wallahu a'lam bishshawab ....