Jumat, 03 Desember 2010

Keluarga Sakina

Kembali tersenyum menyambut mentari pagi diiringi dengan ikhtiar meraih kebeningan hati, mensyukuri nikmat kesempatan untuk meniti keimanan kembali dalam program tausiyah Titian Iman di O’Channel bersama Aa’ Hadi yang kali ini memasuki Episode “Keluarga Sakinah”.

Untuk meraih keluarga sakinah mawaddah warahmah perlu perjuangan ikhtiar yang sungguh-sungguh. Tidak cukup dengan doa ketika walimah. Sakinah artinya tenang, mawaddah warahmah berarti penuh cinta dan kasih sayang. Untuk mewujudkannya perlu ada tanggung jawab dari semua pihak, baik suami, istri, maupun anak-anak jika memang ada. Optimalkan posisi suami sbagai qowam yang sholeh, begitu pula dengan istri sebagai istri sholehah, demikian pula anak yang tumbuh menjadi buah hati yang sholeh dan sholehah.

Kebersamaan seluruh anggota keluarga sangat penting dalam mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah. Yaitu kebersamaan dalam hal :

· Sama-sama menyamakan niat, visi, dan misi menikah adalah untuk ibadah lillahi ta’ala

· Sama-sama membekali diri dengan ilmu, sehingga pengetahuan agama semakin meningkat, begiu pula kualitas iman dan taqwa

· Sama-sama saling menasehati dalam kebaikan agar bersama mampu melaksanakan setiap perintah Allah, mendirikan shalat dalam kehidupan rumah tangga. Sebelum menasehati, siapkan diri untuk senantiasa berupaya istriqomah di jalan Allah dengan sabar dan baik sangka kepada Allah. Berikan ketauladan sebagai hasil dari shalat yang benar yang tercermin dari akhlak yang mulia.

Keislaman kita bisa terlihat dari kualitas shalat kita. Jika ingin amal kita diterima Allah maka tegakkan shalat dalam kehidupan. Sekali kita meninggalkan shalat maka hilanglah keislaman kita dan rumah tangga yang sakinah diawali dari hati yang sakinah (tenang, tentram). Pandai-pandailah mengendalikan diri. sesungguhnya kemampuan mengendalikan diri tidak hanya bisa dilihat seberapa matang usia seseorang. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk melatih mengendalikan diri, di antaranya adalah dengan :

· Memperbanyak dzikrullah

Dengan banyak mengingat Allah hati menjadi tenang. Jika hati tentram, pikiran pun jernih sehingga mampu memfilter lisan yang terucap yang pantas untuk disampaikan di waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan pasangan. Semakin sibukkann diri untuk memperbaiki kualitas diri bukan sibuk menuntut kesholehan dan kesempurnaan pasangan. Yakin, dengan ketauladanan lambat laun masing-masing pasangan akan mampu menyesuaikan diri dan memahami posisi masing-masing dengan segala hak dan tanggung jawabnya.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ﴿٢٨﴾

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingati Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.

(Ar-Rad, QS. 13:28)

· Melakukan shalat dan shaum sunnah.

· Tilawatul Quran

Tilawatul Quran di waktu antara waktu tahajud dan subuh untuk menjaga kelembutan hati

· Istiqomah dalam berikhtiar

Untuk bisa mengendalikan diri, senantiasa bersikap sabar perlu ketabahan dan kekuatan. Sesungguhnya beberapa saat setelah kita berdoa, maka Allah dan malaikat-Nya akan menurunkan ujian kepada kita.

Ketika suami melakukan kesalahan kemudian bertaubat dan meminta keridhoan kita untuk memberikan maaf, maka untuk mempermudah keluarnya maaf dari istri, hendaknya istri terus melanjutkan taaruf dengan suami, kenali suami lahir batin. Selain itu ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh sang istri untuk mudah memaafkan suami, yaitu dengan :

· Mengenang dan mengingat setiap kebaikan suami dan melupakan keburukannya untuk kemudian banyak bersyukur kepada Allah

· Meyakini bahwasanya segala sesuatu ada obatnya, obat hati dengan dzikrullah, perbanyak membaca kalimat tahlil dari hati yang terdalam agar hati mendapatkan nur hidayah dari Allah. Yakin, lambat laun Allah akan mencabut kebencian dalam diri dan menurunkan sakinah dalam hati

· Tingkatkan kualitas shalat karen dari shalat yang benar maka segala keburukan dalam diri akan diangkat oleh Allah

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ ﴿٤٥﴾

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(Al-Ankabut, QS. 29:45)

Gunakan selalu akal dan hati beserta perangkat ilmu yang bersumber dari Alquran dan Ash-Sunnah sehingga ketika mendapatkan curahan rahmat Allah senantiasa dioptimalkan untuk keluarga. Untuk mencapai keluarga yang sakinah diperlukan kerjasama yang solid antara suami, istri, dan anak-anak. Manfaatkan moment kebersamaan baik di saat makan maupun di saat kebersamaan lainnya dengan saling memberikan nasehat kebaikan.

Alquran adalah kitab yang berisi firman Allah untuk kemaslahatan dan kebaikan hamba-Nya. Allah Maha Mendengar setiap doa kita. Maka ketika kita berdoa, pupuk keyakinan kepada Allah bahwasanya Allah akan mengijabah doa kita. Karena detik ketika kita memanjaatkan doa, detik itu pula Allah sedang mendengar dan memperhatikan kita. Yakin aka nada perubahan yang awalnya adalah perubahan diri kita menjadi lebih baik. Segala sesuatu yang kita lakukan haruslah disertai dengan kesungguhan dalam pengamalan ilmu di kehidupan sehari-hari. Jadikan setiap kata yang terucap dari lisan kita adalah kata-kata hikmah yang kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Siap? Insya Allah