Kamis, 24 Februari 2011

hamba allah

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah aku.” (Adz-Dzaariyaat :56)

Masuklah menjadi ahli golongan orang yang berjalan kembali menuju Allah. Jangan sampai menunggu hingga jalan itu tidak dapat dilalui lagi atau hingga tidak ada lagi orang yang dapat memberi petunjuk ke jalan itu.

Tujuan kita datang ke bumi yang sempit dan fana’ ini bukan untuk makan dan minum, bersenggama, atau berfoya-foya semata. Sikap semacam ini bukanlah sikap yang dikehendaki Allah dan diajarkan nabi-Nya yang termulia, Muhammad Saw. Nur nabi Muhammad Saw sedang memperhatikan kita. Jika kita tidak mempedulikan ajarannnya, alangkah hiba dan dukanya hati beliau.

Ajaran atau risalah yang dhahir ialah hukum syari’at dan risalah yang batin adalah ilmu atau hikmah. Allah SWT memerntahkan kita supaya mematuhi syariat untuk mengharmonikan atau menyesuaikan aspek dhohir kita. Demikian pula dengan aspek batin kita hendaknya kita mengharmonikannya melalui ilmu atau hikmah.

Apabila yang dhohir (syariat) dan yang batin (hikmah) bersatu, barulah seseorang itu dapat mencapai taraf hakikat. Ibarat pokok buah-buahan yang telah mengeluarkan daun, putik, bunga, dan seterusnya hingga menjadi buah. Jelaslah kini keduanya harus disatukan dan dipadukan. Ibadah yang sebenarnya memerlukan syariat dan hakikat.

Allah SWT tidak ingin melihat hamba_nya mudah terdorong oleh hawa nafsu yang menyebabkan mereka dengan mudah melakukan dosa besar.

Karena itu, Allah menjatuhkan hukuman yang berat kepada pelaku dosa-dosa besar ini, misalnya dengan memberi hukuman potong tangan bagi para pencuri, memberlakukan hukum rajam dengan melempar batu sampai mati bagi pezina yang sudah pernah menikah, atau mencambuk sebanyak 100 kali bagi pezina yang belum pernah menikah, memberlakukan hukum cambuk 80kali bagi peminum arak dan sebagainya.

Hukuman berat ini diberikan bukan karena Islam senang melihat manusia teraniaya, akan tetapi untuk mencegah bahaya yang akan menimpa umat-Nya akibat dari perbuatan-perbuatan yang sangat tercela itu.

Biasanya bila seseorang pernah berbuat dosa dan lolos dari hukuman maka akan sering terbit godaan dalam hatinya untuk mengulanginya kembali. Nafsu seringkali datang tidak hanya dalam diri seseorang. Bila nafsu itu terpenuhi maka ia akan selalu meraih keuntungan yang lebih dari itu, dan tidak akan tinggal diam sehingga mendapat apa yang dituntutnya itu.

Selain itu, perbuatan dosa besar bertentangan dengan konsep iman yang telah diakui oleh orang-orang yang mengaku dirinya Islam. Jika mereka tetap melakukan dosa tersebut, secara tidak langsung, ia telah menanam bibit kufur di dalam dirinya, karena perbuatan dosa besar selalu dibuat oleh orang-orang kafir secara sewenang-wenang tanpa ada hukum yang mencegahnya dan mereka tidak pernah melakukan pelarangan untuk semua perbuatanya.

Tegasnya dengan kufur saja, seseorang dapat menerima laknat tuhan. Karena itu, ia akan dihukum dengan balasan neraka untuk selamanya apabila dosa-dosa lainnya terkumpul dalam dosa kufur itu.

Bagaimana mungkin seseorang mencapai hakikat takwa apabila hati masih belum beranjak dari zahrah al-hayah ad-dunya yakni keindahan hidup dunia, hasrat untuk menumpuk harta sebanyak mungkin dan mengecap kenikmatannya seperti pangkat dan sanjungan dari manusia.

Alangkah malang orang yang baru menyadari kesalahannya setelah kematian menjemputnya!

Padahal sebelum kematian itu datang, manusia dapat membuat berbagai persiapan. Ibarat sebuah amalan atau perbuatan, “bekal itu dapat dipersiapkan baik-baik dengan meneliti amalan yang kurang dapat ditambah. Perbuatan yang terkoyak karena dosa masih dapat ditambal dengan amal kebaikan, perbuatan yang rusak atau tercela dapat segera diperbaiki, amalan yang sebelumnya tidak ada dapat diejawantahkan dalam bentuk tindakan, suatu amalan yang pernah hilang dapat dicari kembali, amalan yang singkat dapat dapat diperpanjang, api kesalahan yang terlanjur berkobar dapat dapat segera dipadamkan, kesalahan yang menimbulkan kesakitan dalam batin dapat segera diobati.semua amal perbuatan itu patut dipersiapkan sebelum berangkat menuju Allah.

Surga itu dipagari oleh tembok ujian dan duri cobaan. Hanya orang yang memiliki keteguhan dan ketahanan hati dalam menempuh ujian itulah yang dapat memasuki surga itu.

Sementara orang-orang yang terus menghamburkan hawa nafsunya dan lalai dari amalan akhirat yang akan terserest ke lubang neraka, itulah tempat terburuk. Di neraka penyesalan tidak berguna lagi.

Pada hakikatnya manusia adalah fakirdan miskin. Hanya Allah yang Maha Kaya yang menguasai segala kekayaan dunia dan akhirat. Orang yang fakir hendaknya menahan diri dan hanya meminta dan kembali kepada Allah.

Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat serta hidayah-Nya agar kita diberi keselamatan dalam agama dan di dunia serta akhirat,dan dikumpulkan dengan para Nabi, para shiddiq, para syahid serta hamba-hamba Allah yang sholih. Amin .

Wallaahu a’lam.