Tidak dapat dipungkiri bahwa Nabi Muhammad saw adalah orang paling sukses dalam mengubah prilaku dan peradaban manusia dari kondisi jahiliyyah, buta huruf, dan prilaku buruk lainnya menjadi manusia-manusia utama, berakhlaq mulia, dan menjadi pemimpin-pemimpin besar dunia. Hal ini diakui pula oleh Michael H. Hart dalam bukunya, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Hart menempatkan Nabi Muhammad saw pada urutan pertama dari orang-orang yang memegang peranan mengubah arah sejarah dunia. Oleh karena itu, setiap orang yang ingin melakukan perubahan, hendaklah mencontoh bagaimana Rasulullah saw melakukan proses perubahan ini. Firman Allah SWT:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Sesungguhnya dalam diri Rasulullah saw itu terdapat suri teladan yang baik. (QS al-Ahzab [33]: 21).
Rasulullah saw juga teladan terbaik berkaitan dengan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mentransformasi peradaban. Allah berfirman:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata” (QS. Yusuf [12]: 108)
Siapapun yang memahami perjuangan Rasulullah saw dalam menegakkan Islam hingga berhasil di Madinah akan menemukan tiga karakter dakwah Islam yang wajib diikuti, yakni pemikiran (fikriyah), politis (siyasah) dan tanpa kekerasan.
Allah SWT berfirman:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الاُمِّيِّينَ رَسُولاً مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). (Q.S Al Jumu’ah: 2)
Dari ayat tersebut dapat difahami bahwa Rasulullah saw melakukan aktivitas-aktivitas: 1) membacakan ayat-ayat–Nya. Ini mengajarkan kepada kita bahwa apa yang disampaikan ditengah umat hendaknya sesuai dengan kadar kemampuan mereka. Pada ayat tersebut dinyatakan ‘membacakan’ karena umat pada saat itu adalah buta huruf (ummi)[1]. 2) menyucikan mereka, yakni mengajak mereka untuk menapaki jalannya orang-orang bersih (adzkiya) dan orang-orang yang bertaqwa (atqiya)[2], bersih dari kotoran-kotoran aqidah dan amal perbuatan[3]. Rasulullah menjadikan aqidah Islam sebagai satu-satunya landasan perjuangan beliau, sehingga Rasullullah tidak segan-segan untuk menjelaskan kepalsuan dan pertentangan semua hal yang bertentangan dengan aqidah Islam, walaupun penentangan dari umat akan beliau hadapi. 3) Mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al Hikmah (As Sunah)[4], Al Qur’an dan As Sunnah tidak hanya dijadikan sebagai bacaan akan tetapi juga diajarkan untuk difahami kandungannya dan diambil pelajaran untuk diamalkan dalam kehidupan.