Sabtu, 19 Maret 2011

jangan marah

Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS Al Baqarah 2 : 151)

“Sesungguhnya aku (Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat yang lain dengan lafadz untuk memperbaiki akhlak)” (HR. Bukhari)

Dalam kehidupan sehari hari, kadang kala dalam diri seseorang muncul sikap iri hati terhadap keberhasilan orang lain. Hal ini bisa menimbulkan bibit kemarahan karena perasaan kurang senang atas keberuntungan orang lain. Jika kemarahan ini tidak dikendalikan, maka bisa membuat seseorang melampiaskan kemarahannya dalam ketidak wajaran yang banyak terjadi, akibatnya tak hanya diri sendiri yang rugi, tapi juga orang lain.

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa ada seseorang berkata: Wahai Rasulullah, berilah aku nasehat. Beliau bersabda: "Jangan marah”. Lalu orang itu mengulangi beberapa kali, dan beliau bersabda: "Jangan marah" (HR. Bukhari)

Karena kemarahanlah manusia melakukan hal hal yang mepermalukan dirinya sendiri dan menyakiti hati saudaranya bahkan dapat memutuskan tali silaturahim yang seharusnya dibina dengan baik.

Sudah banyak contoh yang kita lihat dalam kehidupan sehari hari akibat tidak baik dari kemarahan yang menguasai seseorang. Kemarahan hati menyebabkan seseorang mampu mengeluarkan kata kata yang tidak menyenangkan terhadap orang lain, bahkan hingga melakukan hal hal yang menyakiti secara fisik.

Memang bukanlah merupakan hal yang mudah untuk mengendalikan kemarahan, namun tidak lah sulit jika kita benar benar berniat untuk melakukannya. Al Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan hadits dari seseorang dari sahabat Nabi Shalallahu alaihi wasallam dia berkata : Aku berkata : Ya Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam berwasiatlah kepadaku. Beliau bersabda : jangan menjadi pemarah. Maka berkata seseorang : maka aku pikirkan apa yang beliau sabdakan, ternyata pada sifat pemarah itu terkumpul seluruh kejelekan. (HR Imam Ahmad)

Andai saja kita berusaha memelihara hati kita tetap bersih dari unsur unsur yang bisa menimbulkan kemarahan, Insya Allah damailah kehidupan ini dan manusiapun terhindar dari rasa sakit hati dan dari perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Mulut yang tidak terkontrol dan emosi yang tidak dikendalikan merupakan hal hal yang memicu terjadinya permusuhan, perkelahian hingga pertentangan antar kaum. Padahal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan jalan keluar buat mengendalikan amarah dalam sabdanya : “Apabila salah seorang di antara kamu marah maka diamlah." (HR Ahmad).

Kemarahan yang terlanjur diaktualisasikan dalam sikap yang buruk lebih sering merugikan si pelaku, secara moral. Karena bagaimanapun suka atau tidak, kemarahan menunjukkan pribadi orang yang memiliki temperamen tidak baik. Seperti peribahasa sering mengatakan bahwa budi baik ditunjukkan oleh bahasa yang baik. Kemarahan yang bersarang dihati manusia dapat berubah menjadi kebencian yang makin lama kian mendalam.

Penyebab kemarahan yang pada mulanya disebabkan oleh hal hal yang mungkin saja sepele, namun ketika tidak diselesaikan dengan kesabaran, maka ibarat api, kemarahan itu makin lama makin besar dan membakar hati manusia lalu menyulut suatu tindakan yang bisa saja ekstrim.

Ketika kemarahan itu berubah jadi kebencian yang mendalam, mungkin saja melibatkan banyak pihak karena persoalannya telah diperbesar dan meuas ke hal hal yang sebenarnya tidak perlu sehingga mengakibatkan terjadinya cakak banyak atau perkelahian massal. Hal hal yang buruk dan berakibat tidak baik ini sering terjadi di negara tercinta ini yang katanya cinta damai dan satu bangsa dalam ke Bhinneka Tunggal Ika an.

Meskipun Indonesia merupakan negara sekular, namun masyarakatnya memiliki agama yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi individu untuk hidup berdampingan sesuai dengan ajaran agamanya masing masing. Sebagai ummat muslim, kita sungguh beruntung karena Allah telah memberikan berkah dan rahmat Nya yang tak terhingga kepada kita melalui utusan Nya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam ajaran beliau yang memperbaiki akhlak manusia dari kejahiliyahan menjadi sangat beradab. Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS AL Anbiyaa’ 21 : 107)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ini diutus Allah sebagai Nabi terakhir yang memiliki akhlak paling baik diantara seluruh manusia ciptaan Allah untuk dijadikan contoh dan teladan bagi kita ummat manusia seluruhnya. Diantara akhlak mulia Rasul Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah pemalu. Beliau bersabda ; “Hendaklah kamu merasa malu kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan malu yang sebenarnya. “Para sahabat menjawab : “ Ya Nabiyullah, alhamdulillah kami sudah merasa malu.“ Kata Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam : “ Tidak segampang itu. Yang dimaksud dengan malu kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan sebenarnya malu adalah kemampuan kalian memelihara kepala beserta segala isinya, memelihara perut dan apa yang terkandung di dalamnya, banyak-banyak mengingat mati dan cobaan ( Allah Subhanahu wata’ala ). Siapa yang menginginkan akhirat hendaklah ia meninggalkan perhiasan dunia. Siapa yang telah mengamalkan demikian, maka demikianlah malu yang sebenarnya kepada Allah Subhanahu wata’ala“ (HR.Turmuzi dan Abdullah bin Mas’ud).

Dalam hadis lain Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa memelihara rasa malu kepada Allah Subhanahu wata’ala akan mendatangkan kebaikan, baik bagi orang yang memeliharanya maupun bagi orang lain. Menurut beliau : “Malu tidak akan datang kecuali dengan kebaikan“ (HR.Muslim dari Imran bin Husein). Dengan kata lain, rasa malu akan mendidik seorang Muslim untuk menjaga perilaku, sikap maupun ucapan : “Bagi setiap agama ada akhlak. Akhlak agama Islam adalah malu,“ tegas Rasul Shalallahu ‘alaihi wa sallam seperti diriwayatkan Imam Malik dari Zaid ibn Thalhah. Artinya rasa malu merupakan bagian yang tidak boleh terpisahkan dari diri setiap muslim.

Agama Islam yang diajarkan oleh Rasulullah merupakan rahmatan lil ‘alamin yang bermakna Islam merupakan rahmat bagi seluruh ummat manusia. Dimana rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba (Lihat Lisaanul Arab, Ibnul Mandzur). Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang. Jadi, diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.

Akhlak yang telah ditunjukkan Rasulullah ini tak sedikitpun berkaitan dengan kekerasan fisik, kekerasan hati, kemunafikan, kelicikan ataupun kejahatan lainnya. Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam merupakan pribadi baik yang lemah lembut kepada sesama, bertutur kata baik,jujur dan amanah. Banyak kebaikan yang ada dalam diri Rasulullah yang sebenarnya bisa kita contoh. Walaupun harus marah, maka marah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam proporsional, tepat sasaran dan tidak merugikan. Tidak seperti yang banyak kita lakukan sa’at ini dimana kita menunjukkan kemarahan bukan saja dalam bentuk airmuka yang kurang menyenangkan, bahkan juga dengan kata kata yang tidak layak diucapkan sehingga kita mampu melakukan tindakan kekerasan fisik. Naudzu billah min dzaalik ...

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS Al Fath 48 : 29)

[1406]. Maksudnya: pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka. Bahkan rahmat paling khusus yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah sifatnya yang lembut terhadap orang orang mukmin.

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS At Taubah 9 : 128) Dan sebagai utusan Allah subhanahu wata’ala Nabi Muhammad dan orang orang yang bersama dengannya sangat keras terhadap orang orang kafir, namun berkasih sayang sesama mereka.

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS Ali ‘Imraan 3 : 159)

[246]. Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.

Sebagai ummat Rasulullah seharusnya kita merasa malu dengan akhlak buruk yang sering kita amalkan dalam kehidupan sehari hari.Padahal kita memiliki seorang Rasul dengan akhlak terbaik bahkan akhlak Rasulullah sendiri dipuji oleh Allah dalam Al Qur’an. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS Al Qalam 68 : 4)

Aisyah radhiallahu anha ketika ditanya mengenai akhlak Rasulullah, dia menjawab “Akhlaknya adalah Al Qur’an” (HR Ahmad dan Muslim)

Amarah yang ada dalam diri manusia yang bersumber dari ketidak sabaran manusia dalam menerima suatu keadaan maupun suatu kejadian yang menimpanya, dapat mengakibatkan manusia kehilangan sisi kemanusiaannya yang disebabkan oleh setan yang menguasai hati dan fikirannya.

Kebencian setan terhadap manusia yang bermula dari kemarahan yang ditimbulkan akibat rasa irinya karena Allah lebih memuliakan manusia diantara seluruh makhluk ciptaan Nya, membuat setan bersumpah kepada Allah untuk menggoda manusia yang telah menyebabkannya terusir dari surga.

..Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS Al A‘raaf 7 : 16 – 17)

Jadi jika dikaitkan rasa marah yang ada pada diri manusia dengan kemarahan setan pada manusia, seharusnya manusia lebih hati hati dalam mengendalikan hati dan perasaannya karena telah sering diberi peringatan oleh Allah melalui Al Qur’an dan melalui ajaran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah[590] Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (QS A’ A’raaf 7 : 200 – 201)

[590]. Maksudnya: membaca A'udzubillahi minasy-syaithaanir-rajiim.

Wallahu a'lam bishshawab