Senin, 21 Februari 2011

Kitab al- Al-Qur`an (1)

Allah ta’ala berfirman :

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan adz-Dzikr dan sesungguhnya Kami yang akan menjaganya “ ( Al-Hijr : 9 )

“Apakah mereka tidak memikirkan Al-Qur`an. Sekiranya Al-Qur`an datangnya dari selainAllah, niscaya mereka akanmendapatkan perselisihan yang sangat banyak “ ( An-Nisaa` : 82 )

“Mengapakah mereka tidak memikirkan Al-Qur`an ataukah hati-hati mereka telah terkunci rapat “ ( Muhammad : 24 )

“Ataukah tambahkanlah dari waktu itu – pengerjaan shalat malam – dan lantunkanlah Al-Qur`an dengan bacaan yang tartil “ ( Al-Muzammil : 4 )

Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “… Dan tidaklah sebuah kaum berkumpul disalah satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca Kitabullah, dan mempelajari Sunnah Nabi mereka, kecuali akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dan mereka akan diliputi dengan rahmat Allah, para malaikat akan mengelilingi mereka, dan Allah akan menyebut-menyebut mereka kepada malaikat yang berada disisi-Nya “[1]

Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dan sebaik-baik diantara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya “[2]

Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang yang fasih dalam membaca Al-Qur`an akan bersama dengan para malaikat yang mulia dan berbakti dan yang membaca Al-Qur`an dengan terbata-bata, dan dia kesulitan dalam membacanya, maka baginya dua pahala “[3]

Adab-adab membaca Al-Qur`an

1. Memperhatikan niat ikhlas disaat mempelajari Al-Qur`an dan ketika membacanya.

Dikarenakan membaca Al-Qur`an adalah ibadah yang dengan ibadah tersebut bertujuan untuk bertemu dengan wajah Allah. . Setiap amal ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah tanpa disertai dua syarat diterimanya amal – yaitu ikhlas dan sesuai tuntunan syariat – maka amalan tersebut akan tertolak.

An-Nawawi mengatakan: Yang pertama kali diperintahkan bagi seorang Qari’ Al-Qur`an adalah keikhlasan dalam membaca Al-Qur`an, dan hanya menghendaki perjumpaan dengan wajah Allah subhanahu wata’ala dari bacaan Al-Qur`an tersebut, dan tidak menghendaki pencapaian sesuatu selain itu”[4].

Yang dikatakan oleh An-Nawawi ini adalah suatu yang benar, karena diantara para Qari’ ada yang membaca Al-Qur`an dengan tujuan agar perhatian kaum manusia tertuju kepadanya, dan agar mereka mendatangi majlis-nya, menyanjungnya dan menghormatinya – Kami memohon kepada Allah keselamatan dan ‘afiah -. Dan cukuplah sebagai peringatan bagi Qari’ tersebut, agar dia mengetahui siksa bagi seseorang yang mempelajari Al-Qur`an agar dikatakan sebagai seorang Qari’ Al-Qur`an.

Imam Muslim telah meriwayatkan sebuah hadits didalam kitab Shahih beliau, dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Sesungguhnya orang yang paling pertama kali dijatuhkan putusannya pada hari kiamat, adalah seseorang yang mati syahid. Lalu diapun didatangkan dan dikabarkan nikmat-nikmat baginya lalu diapun mengetahuinya. Allah berfirman kepadanya: “Apakah yang telah engkau kerjakan bagi segala nikmat tersebut? “. Dia menjawab: Saya berperang karena Engkau hingga saya mendapatkan mati syahid. Allah berfirman: ”Engkau telah berdusta, akan tetapi engkau berpernag agar engkau dikatakan sebagai seorang yang gagah berani, dan itu telah dikatakan bagimu”. Kemudian diapun dilerintahkan untuk diseret kehadapan wajahnya lalu dia dicampakkan kedalam api neraka. Dan seseorang yang mempelajari ilmu lalu mengajarkannya dan membaca Al-Qur`an. Kemudian dia dihadapkan, dan dikabarkan nikmat-nikmat baginya lalu diapun mengetahuinya. Allah berfirman: “Apakah yang telah engkau kerjakan bagi segala nikmat tersebut? “ Dia berkata: Saya mempelajari ilmu dan mengajarannya dan membaca Al-Qur`an karena Engkau. Allah berfirman: “Engkau telah berdusta, akan tetapi engkau mempelajari ilmu agar engkau dikatakan sebagai seorang yang alim, dan engkau membaca Al-Qur`an agar engkau dikatakan sebagai seorang Qari’, dan itu telah dikatakan bagimu. Kemudian diapun diperintahkan untuk diseret kehadapan wajahnya lalu dia dicampakkan kedalam api neraka. “ al-hadist[5]

2. Mengamalkan kandungan Al-Qur`an

Yaitu menghalalkan segala yang dihalalkan didalam Al-Qur`an, mengharamkan segala yang diharamkannya, berhenti pada setiap yang dilarangnya, mengerjakan setiap perintahnya dan mengamalkan setiap ayat-ayatnya yang muhkam dan beriman dengan ayat-ayat yang mutasyabih. Menegakkan setiap hukum-hukumnya dan huruf-hurufnya. Telah ada larangan yang sangat keras bagi seseorang yang Allah berikan kepadanya Al-Qur`an lantas dia tidak mengamalkannya Didalam Shahih Al-Bukhari dari penggalan hadits mimpin Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam – darisebuah hadits yang panjang – , disebutkan: “Keduanya mengatakan: Pergilah. Maka kamipun beranjak pergi hingga kami menjumpai seseorang yang berbaring terlentang diatas tengkuknya, dan seseorang yang berdiri diatas kepalanya dengan sebuah pemukul atau sebuah batu besar lalu orang itu memecahkan kepala orang yang berbaring tersebut. Dan sewaktu dia memukulkan batu itu kekepalanya, batu tersebut terguling, kemudian dia pergi mengambil batu tersebut, dan tidaklah dia kembali kepada orang ini hingga kepalanya telah sembuh dan kembali seperti sedia kala, lalu diapun kembali memukulkan batu tersebut kekepalanya. Saya berkata : Siapakah ini ? . Keduanya mengatakan : “ Pergilah “ ( Kemudian hal itu ditefsirkan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau berkata ) : Dan orang yang engkau lihat kepalanya dipukulkan dengan batu besar, adalah seseorang yang Allah telah ajarkan kepadanya Al-Qur`an, namun dimalam hari dia tidur tidak membacanya dan tidak mengamalkan Al-Qur`an disiang ahrinya, akan diperbuat hal demikian pada dirinya pada hari kiamat “[6]

3. Anjuran untuk selalu mengingat Al-Qur`an dan memperbarui bacaan Al-Qur`an.

Mengingat-ingat Al-Qur`an maksudnya adalah dengan membiasakan diri membaca Al-Qur`an dan selalu berupaya mengingatnya. Adapun memperbaruinya adalah dengan memperbaharui untuk konsisten mempelajarinya dan membacanya[7].

Seseorang yang telah memfokuskan dirinya ntuk menghafal Kitab Allah, dan yang telah menghafalkannya, apabila dia tidak menjaganya dengan mempelajari dan mengingat-ingatnya kembali, maka hafalannya dia akan mudah terlupakan. Al-Qur`an sangatlah mudah lepas dari dalam dada, oleh karena itu mesti memperbanyak perhatian dan lebih sering mempelajarinya dan membacanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan sebuah pemisalan bagi kita akan hal seorang penyandang Al-Qur`an yang memperhatikan Al-Qur`an dan seseorang yang melalaikannya. Ibnu Umar – radhiallahu ‘anhuma telah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Sesungguhnya pemisalan seorang penyandang Al-Qur`an bagaikan pemilik onta yang lagi terikat. Apabila dia memperhatikannya baik-abik tentu dia akan memegangnya dengan erat namun apabila dia melepaskannya maka onta tersebut akan lari darinya “[8]

Dan dari hadits Abu Musa –radhiallahu ‘anhu, beliau berkata : Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Jagalah Al-Qur`an, Demi Dzat yang mana jiwaku berada didalam genggaman-Nya, sesungguhnya Al-Qur`an sangat mudah lepas daripada seekor onta yang ebrada dalam ikatannya “[9]

Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan – dalam menerangkan perumpamaan yang disampaikan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam – : “ Beliau menyerupakan sirnanya Al-Qur`an dengan berangsur-angsur dan kontinyuitas dalam membaca Al-Qur`an seumpama ikatan pada seekor unta yangdikhawatirkan lepas pergi. Kapan penjagaan Al-Qur`an ini ada, maka hafalan Al-Qur`an pun jug tetap ada, sebagaimana halnya seekor unta, kapan unta tersebut diikat erat dengan tali maka unta tersebut akan tetap terjaga. Dan pengkhususan penyebutan unta pada hadits diatas, dikarenakan unta adalah hewan peliharaan manusia yang paling mudah lepas, dan sangatlah sulit untuk menemukan hewan tersebut apabila hewan ini telah lepas[10].